Suara.com - Imunisasi dasar lengkap penting dimiliki anak sebagai bekal masa depannya. Di momen Pekan Imunisasi Dunia 2022, Kementerian Kesehatan mengingatkan para orang tua untuk segera melengkapi vaksinasi anak, terutama yang terlewatkan atau tertinggal karena pandemi.
Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan bahwa selain kondisi pandemi, tantangan terberat program imunisasi di Indonesia saat ini adalah menangkal berbagai pemberitaan negatif tentang imunisasi yang membuat orang tua enggan memberikan imunisasi kepada anak-anak mereka.
"Imunisasi itu sangat penting buat buah hati kita. Jadi kalau anak Anda belum mendapatkan imunisasi lengkap, maka segera datang ke tempat pelayanan kesehatan yang memberikan layanan imunisasi dan lengkapi vaksinasinya," ujar dr. Prima dikutip dari ANTARA, Kamis (12/4/2022).
Imunisasi berguna untuk mencegah penularan penyakit, wabah, sakit berat, cacat hingga kematian bayi dan balita. Imunisasi dasar lengkap dan lanjutan akan mempengaruhi masa depan anak Indonesia.
Saat ini, tersedia berbagai imunisasi yang bermanfaat untuk mencegah lebih dari 20 penyakit yang mengancam jiwa. Imunisasi saat ini mencegah 2 juta hingga 3 juta kematian setiap tahun akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis, influenza, dan campak.
Pada 2020-2030, diperkirakan bahwa imunisasi akan menyelamatkan lebih dari 32 juta nyawa, di mana 28 juta di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
dr. Prima mengatakan orang tua diharapkan bisa memanfaatkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) pada Mei mendatang untuk mengejar ketertinggalan imunisasi dasar lengkap.
Adapun jenis imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan adalah HB0 1 dosis, BCG 1 dosis, DPT-HB-Hib 3 dosis, polio tetes (OPV) 4 dosis, polio suntik (IPV) 1 dosis dan campak rubela 1 dosis.
Imunisasi lanjutan pada anak usia 18-24 bulan adalah DPT-HB-Hib 1 dosis dan campak rubela 1 dosis. Sedangkan imunisasi lanjutan anak sekolah dasar adalah campak rubela dan DT pada anak kelas 1 dan Td pada anak kelas 2 dan 5.
Baca Juga: Vaksin Kombinasi untuk Anak, Adakah Risiko Bahayanya? Ini Penjelasan Pakar Imunisasi
"Imunisasi kejar ini kan yang kita berikan OPV, IPV, polio suntikan, polio tetes, kemudian penta (DPT-HB-Hib), kita berikan kepada anak-anak balita di bawah 5 tahun yang belum lengkap atau belum mendapat sama sekali tapi umurnya udah di atas 1 tahun," jelas dr. Prima.
Khusus untuk campak rubela, Kementerian Kesehatan akan memberikan imunisasi kepada anak usia di bawah 12 tahun yang berada di luar pulau Jawa dan Bali.
Ada lima provinsi yang menjadi perhatian khusus pada imunisasi campak rubela yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau dan Keppri.
"Untuk campak rubela itu khusus, karena campak rubela itu tidak memperhitungkan status imunisasi yang lalu, jadi mulai usia 9 bulan sampai sebelum ulang tahunnya yang ke-12. Khusus lima provinsi itu batasnya sampai 15 tahun. Tapi untuk Jawa-Bali sasarannya hanya balita untuk campak rubela," kata dr. Prima.
Berita Terkait
-
Sukses Intervensi Penurunan Stunting, Gubernur Ahmad Luthfi Terima Penghargaan Kemenkes
-
Admedika Hadirkan VIP Lounge di RSUP Kemenkes Surabaya, Tingkatkan Kualitas Layanan
-
Anomali Gizi Proyek PMT: KPK Butuh Sampel Biskuit untuk Jerat Koruptor Alkes Ibu Hamil
-
Lowongan Kerja Kemenkes Oktober 2025: Ini Jadwal, Posisi, Syarat dan Cara Daftarnya
-
Buntut Olok-olok di Grup Chat, Mahasiswa FK Unud Pembully Timothy Anugerah Tak Bisa Ikut Koas!
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis