Suara.com - Kabar ditemukannya virus Corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia perlu menjadi kewaspadaan bersama. Apalagi, subvarian ini juga sudah ditemukan di belahan dunia lain, seperti Amerika dan Eropa.
Prof Tjandra Yoga Aditama, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengungkap berdasarkan laporan terbaru European Centre for Disease Prevention and Control (CDC Eropa), subvarian BA.4 dan BA.5 berubah dari variants of interest menjadi variants of concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
"Pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022, diperkirakan BA.4 dan BA.5 akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang," tutur Prof Tjandra dalam keterangan yang diterima Suara.com, Selasa (14/6/2022).
Prof Tjandra mengatakan secara umum memang belum ada bukti yang menunjukkan subvarian ini lebih parah dan lebih berbahaya daripada subvarian sebelumnya. Namun kewaspadaan masih perlu ditingkatkan, apalagi risiko rawat inap pada masyarakat yang berusia di atas 60 tahun.
Terkait risiko peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia, Prof Tjandra mengingatkan kembali pentingnya proteksi terhadap tenaga kesehatan. Sebab pemberian vaksin booster alias vaksinasi dosis ketiga sudah dilakukan lebih dari 6 bulan yang lalu.
"Untuk pengobatan, masih dikumpulkan data tentang efektifitas obat monoclonal antibodies (mAb) [pada BA.4 dan BA.5, tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja," terangnya lagi.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengumumkan adanya delapan kasus Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia.
Melalui Konferensi Pers yang disiarkan di Youtube Channel Sekretariat Presiden pada Senin (13/06/2022), Budi mengungkapkan, tiga kasus subvarian baru tersebut datang dari luar negeri. Sedangan, lima kasus lainnya berasal dari transmisi lokal di Jakarta.
Diperkirakan kasus subvarian BA.4 dan BA.5 ini dapat melonjak naik beberapa bulan ke depan. Hal ini karena kasus Covid 19 subvarian BA.4 dan BA.5 di berbagai negara belahan dunia mengalami kenaikan akhir-akhir ini.
Baca Juga: Sudah Terdeteksi di Indonesia, Berikut Gejala Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Meskipun demikian, Budi mengatakan, setelah dilakukan pengamatan dari kasus di Afrika, penularan subvarian BA.4 dan BA.5 sendiri terbilang cukup kecil.
Untuk kasus puncak penularan dan hospitalisasi berdasarkan pengamatan, subvarian BA.4 dan BA.5 hanya sekitar satu pertiga dari varian Omicron dan Delta.
“Hasil pengamatan kami, puncak dari penularan varian BA.4 dan BA.5, ini sekitar sepertiga dari puncak Delta dan Omicron, kasus hospitalisasinya juga sepertiga dari kasus Delta dan Omicron,” ucap Budi.
Berita Terkait
-
Kenali Virus Corona Varian Nimbus: Penularan, Gejala, hingga Pengobatan Covid-19 Terbaru
-
Alert! Kasus Covid-19 Indonesia Naik Lagi, Vaksin Masih Gratis?
-
7 Gejala Omicron Kraken, Paling Cepat Menular Dibanding Varian Lain
-
6 Gejala Omicron BF.7 yang Banyak Dikeluhkan, Varian Sudah Masuk Indonesia!
-
Covid-19 Subvarian Omicron BN.1 Masuk Jakarta, 24 Orang Sudah Terpapar
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
Terkini
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru