Suara.com - Masturbasi merupakan aktivitas seksual yang wajar bila tidak berlebihan. Tapi, banyak atau tidaknya Anda melakukan masturbasi tergantung pada pandangan pribadi setiap orang.
Secara alami, ada faktor-faktor tertentu yang perlu dipertimbangkan ketika menentukan frekuensi normal seseorang melakukan masturbasi, seperti usia, kesehatan dan seseorang memiliki pasangan seksual atau tidak.
Bagi sebagian orang, masturbasi sekali atau dua kali seminggu mungkin hal yang normal. Sedangkan, beberapa orang lainnya mungkin melakukan masturbasi sekali atau dua kali sehari.
Tapi jika Anda terlalu banyak melakukan masturbasi, tubuh Anda pasti akan memberi sinyal tidak baik. Karena, kebiasaan ini mungkin akan menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
Sebelum itu dilansir dari Daily Star, Anda perlu mempertimbangkan efek kecanduan masturbasi terhadap kesejahteraan psikologis dan hubungan pribadi Anda.
Karena masturbasi bisa menyebabkan kecanduan, hal ini bisa mempengaruhi atau mengganggu aktivitas harian Anda.
Masturbasi sesekali bisa dilakukan untuk melepaskan diri dari frustrasi seksual, tetapi pada saat yang sama dapat menghabiskan waktu yang mungkin Anda habiskan untuk bersosialisasi dan bertemu dengan pasangan seksual.
Tak hanya itu, masturbasi berlebihan mungkin juga membuat Anda tidak bisa menemukan kesenangan dan kepuasan dalam berhubungan seks. Karena, Anda sudah terbiasa menyenangkan dan memuaskan diri sendiri secara seksual.
Jika Anda seorang pria, seks mungkin juga tidak terlalu menyenangkan bagi pasangan Anda, karena terlalu banyak masturbasi dikaitkan dengan ejakulasi dini. Kondisi ini mungkin membuat Anda sulit untuk mengembangkan hubungan romantis dan menurunkan kepercayaan diri.
Baca Juga: WHO Sebut Penularan Cacar Monyet Mengkhawatirkan, Akankah Jadi Darurat Kesehatan Global?
Jika Anda melakukan masturbasi sebagai bentuk pelarian mental setiap kali Anda mengalami stres, kebiasaan ini bisa menurunkan ambang batas Anda untuk mengatasi stres.
Meskipun masturbasi bisa membantu melepas stres, kecanduan bisa membuat Anda terjebak dalam siklus stres yang tidak bisa ditangani dan menyebabkan masalah kesehatan fisiologis, seperti serangan panik, detak jantung, dan tekanan darah tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!