Suara.com - Peneliti Inggris melaporkan temuan baru tentang penyakit hepatitis akut misterius yang kebanyakan menyerang anak-anak. Ternyata, ini berkaitan dengan koinfeksi dua virus, atau gabungan dari dua virus.
Sebelumnya, peneliti berteori bahwa ini adalah infeksi adenoirus, yang ditemukan dalam sebagian besar kasus.
Kini, dua penelitian baru yang dilakukan secara terpisah di London dan Skotlandia menemukan adanya tambahan infeksi AAV2 (virus terkait adeno 2). Virus ini memainkan peran penting dan ada pada 96 persen semua pasien yang diperiksa.
AAV2 biasanya tidak menyebabkan penyakit dan tidak dapat mereplikasi diri tanpa adanya virus 'penolong' lain.
Jadi, kedua tim peneliti menyimpulkan bahwa AAV2 dan adenovirus bergabung untuk menginfeksi anak-anak dan menyebabkan penyakit hati yang parah.
"Adanya virus AAV2 dikaitkan dengan hepatitis yang tidak dapat dijelaskan pada anak-anak," kata profesor penyakit menular Emma Thomson dari University of Glasgow, Skotlandia, dikutip dari Science Alert.
Namun, Thomson juga memperingatkan peran AAV2 belum pasti, apakah yang menyebabkan penyakit atau lebih merupakan biomarker untuk infeksi adenovirus yang mendasari, yang lebih sulit dideteksi tetapi merupakan patogen utama.
Tidak Ada Hubungannya dengan Virus Corona
Kedua tim peneliti mengesampingkan infeksi SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 karena virus tidak ditemukan dalam hati pasien.
Baca Juga: Virus Cacar Monyet Dapat Merusak Paru-Paru hingga Menyebabkan Pneumonia
Dua penelitian ini mengamati pasien yang tertular hepatitis dan yang tidak. Mereka menemukan AAV2 menginfeksi sebagain besar dari mereka yang tertular penyakit.
Studi di Skotlandia juga menguji gen anak-anak yang sakit dan yang tidak, menganalisis apa yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan.
Kedua makalah telah diunggah secara daring ke server pracetak dan masih menunggu peer review sebelum diterbitkan di jurnal.
"Saya pikir ini adalah penjelasan yang masuk akal untuk kasus-kasus ini. Sepertinya koinfeksi adalah kuncinya," tanggap profesor hepatologi pediatrik di University of Birmingham, Deirdre Kelly, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Menurut Kelly, masih diperlukan banyak penelitian untuk memahami mengapa beberapa anak mengembangkan penyakit parah dan memerlukan transplantasi.
Sementara Thomson mengatakan bahwa memahami lebih lanjut tentang sirkulasi musiman AAV2 penting.
Berita Terkait
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
Terkini
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan
-
Dukung Ibu Bekerja, Layanan Pengasuhan Modern Hadir dengan Sentuhan Teknologi
-
Mengenalkan Logika Sejak Dini: Saat Anak Belajar Cara Berpikir ala Komputer