Baru-baru ini, ramai diperbincangkan Presiden Joe Biden yang mengalami ‘Rebound’ Covid-19 atau kembali positif setelah baru saja dinyatakan sembuh. Presiden Amerika Serikat ke-46 tersebut terbukti kembali positif pada Sabtu (30/7/2022) setelah tiga hari sebelumnya menjalani tes dan mendapatkan hasil negatif.
Diketahui, selama menjalani isolasi, Biden diberikan obat antivirus Paxlovid besutan Pfizer.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyebut hal itu sebagai kembalinya gejala yang singkat.
Sebelumnya, kejadian yang sama juga dialami oleh Ahli Penyakit Menular Top di AS, dr. Anthony Fauci. Diketahui, dr. Fauci juga diberi obat Paxlovid.
Lantas, apa sebenarnya fenomena ‘Rebound’ Covid-19 yang terjadi setelah minum Paxlovid tersebut? Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Di Indonesia sendiri, obat Paxlovid baru saja disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). BPOM secara resmi menerbitkan Izin Penggunaan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) untuk pbat axlovid besutan Pfizer.
Obat tersebut digunakan sebagai obat Covid-19 untuk gejala ringan dan sedang. Obat tersebut menambah daftar obat Covid-10 selain antivirus Favipiravir dan Remdesivir (2020), antibodi monoklonal Regdanvimab (2011), serta Molnupiravir (2022).
Paxlovid sendiri merupakan anitvirus inhibitor protease SARS-CoV-2 yang dikembangkan dan diproduksi oleh Pfizer.
Dari hasil uji klinik fase 2 dan 3, ditinjau dari sisi efikasi, Paxlovid bisa menurunkan risiko hospitalisasi atau kematian sebesar 89 persen pada pasien dewasa Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit dengan komorbid (penyakit penyerta).
Baca Juga: Joe Biden Sebut Bos Al Qaeda Tewas: Pimpinan Teroris Ini Tak Lagi Hidup
Komorbid yang memiliki kaitan dengan peningkatan risiko ini seperti misalnya lansia, obesitas, perokok aktif, riwayat penyakit jantung, diabetes, atau gangguan ginjal.
Mengenal Rebound Covid-19
Adapun fenomena ‘Rebound’ atau tes kembali positif dirasakan oleh pasien yang menerima masa terapi Paxlovid. Pasien yang menerima obat Paxlovid mengalami fenomena rebound, baik dalam bentuk gejala maupun tes, kurang dari 1 persen.
Diketahui, sebanyak dua pertiga pasien yang mengalami ‘rebound’ umumnya mempunyai riwayat komorbid. Setengahnya di atas 60 tahun atau lansia. Biasanya, ‘Rebound’ terjadi 2-8 hari setelah pasien menghabiskan obatnya.
Rebound sendiri berbeda dengan reinfeksi. Rebound adalah kondisi ‘kembali positif’ dalam jeda waktu singkat setelah dinyatakan negatif. Sedangkan reinfeksi merupakan kembali tertular Covid-19 yang secara umum terjadi minimal 28 hari setelah dinyatakan negatif.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa
Berita Terkait
-
Siwon Super Junior Positif COVID-19, Bakal Absen dari Tur ke Manila
-
Empat Hari Lalu Dinyatakan Negatif Covid-19, Hasil Tes Antigen Joe Biden Kembali Positif Virus Corona
-
Kondisi Terkini Presiden Amerika Serikat Joe Biden: Paru-paru Bersih tapi Masih Sakit Tenggorokan
-
Positif Covid-19, Joe Biden Minum Obat Ini Agar Bisa Cepat Sembuh
-
Joe Biden Positif Covid-19 di Usia 79 Tahun, Begini Kondisinya Sekarang
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025