Suara.com - Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI berharap obat herbal atau obat tradisional Indonesia, harus seperti obat herbal China dan Jepang yang sudah digunakan secara luas bahkan diresepkan oleh dokter.
Namun sayangnya obat tradisional dan komplementer cenderung diremehkan. Padahal di negara maju seperti Jepang dan China, jamu sudah diresepkan untuk pengobatan.
Di saat obat tradisional Indonesia punya potensi yang besar, tapi banyak mitos seputar obat herbal. Salah satunya yaitu rendahnya khasiat dan tidak ada bukti ilmiah.
Berikut fakta yang sebenarnya menurut penjelasan peneliti sekaligus pakar obat tradsional sekaligus Director of Research & Business Development Dexa Group, Dr. Raymond Tjandrawinata:
Benarkah pengobatan tradisional tidak memiliki bukti ilmiah?
Masih terdapat mitos tentang obat tradisional, seperti sedikit khasiat, tidak adanya bukti, sedikit pengetahuan tentang farmakologi herbal, takut salah diagnosis dan dosis yang tidak tepat dan sebagainya. Ini yang harus kita lawan, agar masyarakat mengerti pentingnya Green Pharmacy yang produknya bisa membantu pasien.
Benarkah penggunaan obat tradisional tidak bisa dikonsumsi bersama obat kimia?
Di masa depan, Green Pharmacy harus menjadi obat integratif untuk pengobatan konvensional, pengobatan gaya hidup, dan terapi komplementer yang terinformasi. Jadi kehidupan manusia akan lebih baik, kualitas hidup menjadi jauh lebih tinggi.
Fitofarmaka tidak hanya bermanfaat bagi pasien, tetapi juga para petani yang menyediakan bahan baku untuk produk Green Pharmacy.
Baca Juga: Buah yang Disebutkan Dalam Al-Quran Ini Bisa Cegah Penyakit Kanker Kata dr.Zaidul Akbar
Hari ini kita punya 24 fitofarmaka, kita perlu meningkatkannya. Menkes (Budi Gunadi Sadikin) melaporkan bahwa hanya 1, dan 2 hingga 3 persen dokter yang meresepkan fitofarmaka di rumah sakit. Ini adalah sesuatu yang perlu kita kerjakan untuk memberi manfaat bagi pasien.
Apa kategori obat tradisional yang terbukti berkhasiat?
Green Pharmacy adalah obat berbasis bukti sehingga para dokter dapat mempercayai dan meresepkan produknya. Produk alami ini tidak kalah dengan produk konvensional. Misalnya, kami head-to head antara Readacid dan produk Omeprazole lainnya. Produk Green Pharmacy yang baik dapat menggantikan produk yang berbahan kimia.
Kita punya Formularium Nasional tapi masih ada 5 produk saja, kita perlu menambah minimal menjadi 20 produk. Kita harus berkolaborasi untuk memastikan fitofarmaka Green Pharmacy dapat dengan mudah ditambahkan ke dalam formularium.
Kita perlu meningkatkan menjadi 40 hingga 50 persen untuk resep Green Pharmacy di Indonesia.
Punya pertanyaan seputar kesehatan, diet, hingga urusan ranjang? Suara.com bisa membantu Anda menemukan jawabannya. Tulis pertanyaan Anda di kolom komentar, untuk bisa dijawab oleh pakar.
Berita Terkait
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Lumpur Rendam RSUD Aceh Tamiang: Momen Pilu Dokter Menangis di Tengah Obat-obatan yang Rusak Parah
-
RUU Penyesuaian Pidana: Korban Perkosaan Kini Dapat Akses Obat Aborsi Tanpa Dipidana
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Demam? Jangan Buru-Buru Minum Obat, Ini Penjelasan Dokter Soal Penyebabnya!
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut