Suara.com - Masalah rokok hingga saat ini masih menjadi persoalan, tidak hanya perkara ekonomi tetapi juga kesehatan. Pasalnya, rokok sendiri secara tidak langsung menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia.
Dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) ditemukan, kejadian stunting pada anak dari keluarga perokok lebih tinggi 15,5 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang bukan perokok.
Ketua Kelompok Kerja Bidang Rokok PDPI, Dr Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K), mengatakan, tingginya stunting pada keluarga perokok itu terjadi karena finansial mereka banyak dihabiskan untuk membeli rokok.
Lebih parahnya, mereka yang mengutamakan membeli rokok itu masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah. Padahal, bisa saja uang tersebut difokuskan untuk membeli berbagai makanan bergizi yang berdampak baik bagi anak.
“Konsumsi rokok jadi beban ekonomi. Pembelanjaan rokok di peringkat kedua setelah pangan. Ini juga berkaitan dengan stunting. Jadi rumah tangga dengan penghasilan menengah ke bawah yang mengutamakan membeli rokok dibandingkan anak-anaknya, itu juga jadi faktor menyebabkan tingginya angka stunting di Indonesia,” ungkap Dr Feni dalam Konferensi Pers ‘Kita Butuh Makanan Bukan Tembakau’ PDPI, Selasa (30/5/2023).
Tidak hanya itu, menurut Dr Feni, dari kebiasaan merokok itu juga bisa menjadi contoh pada anak-anak. Mereka bisa saja meniru perilaku kebiasaan merokok orang tuanya. Padahal rokok sendiri memberikan dampak negatif bagi kesehatan, terutama ketika melakukannya di usia dini.
“Selain mencoba-coba, ketika anak melakukannya di usia dini ini akan bahaya potensi adiksi, bisa juga pintu masuk narkoba, sehingga bisa sebabkan berbagai masalah lain,” sambungnya.
Di sisi lain, angka perokok di Indonesia hingga saat ini semakin bertambah. Berdasarkan data Riskesdas, pada 2011 jumlah perokok sekitar 60,3 juta. Angka tersebut mengalami kenaikan menjadi 69,1 juta di 2021.
Tidak hanya pada orang tua, perokok juga banyak terjadi pada remaja. Apalagi, kini juga tersedia rokok elektrik atau vape yang sering digunakan generasi muda.
Baca Juga: Upaya Berantas Rokok Ilegal di Sumedang, Kantor Bea Cukai Bandung: Lapor Bila Ada
Vape sendiri mengalami kenaikan pesat. Berdasarkan data pada 2011, jumlah perokok vape sendiri hanya sekitar 0,3 persen. Namun, hingga kini perokok vape sudah meningkat hingga mencapai 3 persen.
Oleh sebab itu, Dr Feni berharap adanya kontrol sosial di masyarakat demi mengurangi jumlah perokok di Indonesia. Pasalnya, hal ini tidak hanya bisa sebabkan stunting pada anak, tetapi kesehatan jangka panjang.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat