Suara.com - Pakar Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia (UI) menjelaskan penularan cacar monyet atau monkeypox yang saat ini sudah ditemukan 29 kasus di Indonesia tidak menular melalui udara seperti Covid-19.
Fakta ini dijelaskan langsung Prof.dr.Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MK(K) yang mengatakan masyarakat tidak perlu panik dengan masuknya cacar monyet ke Indonesia, karena penularannya tidak secepat Covid-19 yang melalui udara.
"Kalau dilihat dari penularannya tidak secepat Covid-19 yang bisa lewat udara. Monkeypox itu bisa tertular kalau terkena percikan air liur atau dari hewan yang terinfeksi, dengan syarat ada luka terbuka dari orang yang terinfeksi," ujar Prof. Amin beberapa waktu lalu kepada suara.com di Tangerang, Banten.
Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit virus zoonosis atau virus ditularkan dari hewan ke manusia, yang dapat sembuh sendiri.
Monkeypox disebabkan oleh virus monkeypox, yakni anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae, yang umumnya terjadi di Afrika Tengah dan Afrika Barat sebagai negara endemis.
Pakar yang juga punya 28 keahlian di bidang riset, genetik, sel, mikrobiologi, hingga imunologi itu menjelaskan lantaran media penularannya tidak sama, maka metode penanganan cacar monyet dengan Covid-19 yang perlu diisolasi dengan ruangan khusus tidak perlu dilakukan.
"Tidak perlu seperti itu (diisolasi), karena pada prinsipnya infeksi virus itu bisa sembuh dengan sendiri, kecuali timbul penyulit seperti kekebalan tubuh menurun, dan menimbulkan infeksi di tempat lain seperti paru dan sebagainya, Jadi cacar monyet akan sembuh dengan sendirinya 2 hingga 4 minggu," paparnya.
Ia menambahkan, beberapa orang yang sempat pernah mendapat vaksinasi cacar sejak 1956 hingga 1980 hingga dunia dinyatakan bebas cacar disebut akan lebih punya perlindungan.
"Jadi sejak 5 tahun dinyatakan bebas cacar vaksinasi cacar dihentikan, jadi orang kelahiran 1980-an yang sempat mendapatkan vaksinasi tersebut lebih mendapat perlindungan," papar Prof. Amin.
Baca Juga: Cacar Monyet Juga Intai Anak-Anak, Mantan Direktur WHO Angkat Bicara
Tapi sayangnya, setelah beberapa tahun berlalu kini virus cacar yang bermutasi menyebabkan penyakit cacar monyet ini menyerang pada orang yang belum memiliki kekebalan, dan mereka yang belum divaksinasi lebih berisiko.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi, hingga kini telah terkonfirmasi sebanyak 29 kasus positif cacar monyet. Sementara itu, terdapat 10 kasus masih menjadi suspek atau dicurigai.
Kasus ini meningkat setelah sebelumnya pada 30 Oktober data menunjukkan ada 24 kasus positif. Namun, saat ini telah terjadi penambahan 5 kasus hingga menjadi 29 terkonfirmasi positif.
“Ada 29 kasus konfirmasi dan 10 suspek,” ucap dr Siti Nadia saat dihubungi Suara.com, Rabu (1/11/2023).
Kasus terkonfirmasi ini berada di Jakarta, Bandung, dan Banten. Namun dengan kasus yang terus meningkat, tidak lantas membuat Kemenkes menjadikannya sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara