Suara.com - Belakangan ini, warganet sering membicarakan istilah flamingo era di berbagai platform media sosial.
Ungkapan ini banyak digunakan oleh perempuan, khususnya para ibu, untuk menggambarkan fase tertentu dalam hidup mereka.
Meski sekilas terdengar sederhana, istilah flamingo era memiliki makna emosional yang dalam.
Agar lebih mudah dipahami, mari kita bedah istilahnya terlebih dahulu. Kata flamingo merujuk pada burung berwarna merah muda dengan tubuh tinggi, leher jenjang, dan gerakannya yang anggun.
Sementara kata era berarti sebuah masa atau periode tertentu. Ketika digabungkan, flamingo era menggambarkan sebuah fase hidup yang penuh perubahan, terutama yang dialami perempuan ketika menjalani peran sebagai seorang ibu.
Makna Istilah Flamingo Era
Burung flamingo dikenal karena warna merah mudanya yang cerah. Warna ini bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil dari makanan kaya pigmen karotenoid yang mereka konsumsi.
Namun saat seekor flamingo betina mengasuh anaknya, nutrisi dalam tubuhnya terkuras habis. Energi yang biasanya menjaga kecerahan bulu berpindah untuk mendukung tumbuh kembang sang anak.
Akibatnya, bulu flamingo perlahan berubah menjadi pucat, bahkan bisa tampak abu-abu.
Fenomena biologis ini kemudian dijadikan metafora oleh banyak perempuan di media sosial.
Baca Juga: Kini Tak Boleh Tangani Pasien BPJS, Ketua IDAI Ungkap Alasan Tolak Dimutasi: Ada Pelanggaran Serius
Sama halnya dengan flamingo yang kehilangan warna demi anaknya, banyak ibu merasakan bahwa mereka pun kehilangan sebagian "warna hidup" mereka.
Yang dimaksud di sini bukan sekadar perubahan fisik, tapi juga identitas, ruang pribadi, dan bahkan rasa percaya diri.
Maka flamingo era adalah istilah untuk menggambarkan momen dalam hidup perempuan ketika terjadi perubahan besar akibat peran barunya.
Biasanya fase ini datang setelah menikah atau menjadi seorang ibu. Saat itu, banyak perempuan merasa sebagian identitas dirinya memudar.
Jika sebelumnya mereka aktif, percaya diri, dan punya waktu untuk diri sendiri, kini kehidupan lebih banyak berputar pada kebutuhan orang lain seperti anak, pasangan, atau keluarga.
Waktu pribadi berkurang drastis, energi terkuras, dan tak jarang muncul rasa kehilangan arah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Mitos Lari yang Bikin Kamu Ragu? Daniel Mananta dan Dokter Tirta Bongkar Kebenarannya!
-
Terpopuler: Amanda Manopo Menikah Berapa Kali? Viral Pernikahan Gadis dengan Kakek 74 Tahun
-
Tren Keberlanjutan Merambah Dunia Ritel: Jakarta Premium Outlets Hadirkan For A Better Tomorrow
-
Ramalan 5 Shio Paling Hoki 11 November 2025, Catat Pesan Langit Ini!
-
Ramalan Zodiak 11 November: Aries Waspada Godaan Belanja Impulsif, Gemini Hindari Ambil Utang
-
Nina Nugroho Rayakan Kekuatan Perempuan Lewat Koleksi Silent Fire
-
Sosok Ramon Gauna Lugue Ayah Amanda Manopo, Bikin Haru saat Antarkan Putrinya Menikah
-
Profesi Francia Raisa Pendonor Ginjal Selena Gomez, Sahabat yang Sempat Jadi Asing
-
7 Pilihan Warna Cat Rumah Paling Awet: Timeless dan Elegan
-
Serius Tekuni Hobi Lari? Waktunya Beli Sepatu Carbon Plate, Ini 3 Rekomendasinya