"Ada banyak arus dan lumpur dalam air yang berarti jarak pandang sangat terbatas," katanya.
Pemerintah mengatakan tidak akan menyerah untuk menemukan korban selamat.
"Kami menjalankan pencarian bawah air lima kali dari tengah malam hingga awal pagi, namun arus yang kuat serta air berlumpur banyak menjadi hambatan besar," kata menteri keamanan publik Kang Byung-kyu di Seoul.
Belum ada penjelasan resmi mengenai penyebab tenggelamnya kapal, meski pemerintah telah melakukan penyelidikan resmi. Kapal yang dibuat di Jepang 20 tahun lalu itu, menyusuri rute perjalanan yang aman.
Meski pada kawasan yang lebih luas terdapat bebatuan dan perairan dangkal, namun bebatuan itu tidak berdekatan dengan laluan yang normal.
Menurut catatan industri perkapalan Korea, kapal feri tersebut pada 2012 dinyatakan memiliki tiga kekurangan dari segi keamanan, termasuk satu yang berkaitan dengan navigasi, namun berhasil lolos dari pemeriksaan keamanan pada 2013 dan 2014.
Kapasitas kapal feri itu ditingkatkan dari 800 menjadi lebih dari 900 orang saat diimpor dari Jepang pada akhir 2012, kata sumber di industri perkapalan. Namun peningkatan kapasitas itu sudah melalui semua uji keselamatan.
Kapal, penumpang dan kargo berada di bawah dua jaminan asuransi terpisah, kata sumber di industri perkapalan.
Stasiun penyiaran milik pemerintah YTN mengutip pejabat penyelidikan yang mengatakan bahwa kapal tersebut keluar dari jalur biasanya dan dihantam oleh angin berputar sehingga menyebabkan kontainer yang disusun di atas dek bergeser.
Rekaman televisi menunjukkan, kapal itu menjadi berat sebelah dan penumpang yang mengenakan pelampung berada di laut menunggu kapal penyelamat.
Kapal itu tenggelam dalam tempo sekitar dua jam. Menurut saksi mata dan media, hanya dua sekoci penyelamat yang bisa diturunkan. Laporan sebelumnya bahkan menyebutkan hanya satu sekoci yang berhasil diturunkan.
Oeprator kapal, Chonghaejin Marine Co Ltd yang berpusat di Incheon mengeluarkan pernyataan singkat, meminta maaf atas tragedi itu namun tidak memberikan komentar lebih lanjut.
Operator yang memiliki empat kapal lain tersebut dilaporkan mengalami kerugian sebanyak 785 juta won (756 dolar AS) tahun lalu.
Sebuah perusahaan bernama Web Solus menyediakan gratis peralatan bawah air untuk memeriksa kondisi dalam kapal dimana korban selamat bisa ditemukan.
"Keluarga dan tim penyelamat hanya mencari di permukaan laut. Kita harus bekerja cepat dan setidaknya melihat sebagian kapal yang berada di bawah air," kata operator perusahaan itu Ko Se-jin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Malam Tahun Baru 2026 Tanpa Kembang Api, Polisi Bakal Tindak yang Melanggar
-
171.379 Rumah Rusak, Dompet Dhuafa Targetkan Bangun 1.000 RUMTARA bagi Penyintas Bencana Sumatra
-
Promo MRT Rp 1 dan Jadwal Operasional Tanggal 31 Desember 2025-1 Januari 2026
-
Jalan Sudirman-MH Thamrin-Bundaran HI Ditutup, Ini Rute Alternatifnya
-
Warga Antusias Rayakan Tahun Baru di Bundaran HI Meski Tanpa Kembang Api: yang Penting Jalan-Jalan
-
Transportasi Aceh-Medan Pulih, Mobilitas Warga dan Roda Perekonomian Regional Kembali Bergerak
-
Tersangka Korupsi Pokir Dinsos Lombok Barat Belum Ditahan, Kejari Mataram Beberkan Alasannya
-
Elit PDIP soal Wacana Pilkada Dipilih DPRD: Rakyat Akan Marah, Hak-haknya Diambil
-
Kondisi Terkini Bundaran HI Jelang Malam Tahun Baru 2026, Warga Mulai Merapat
-
Penjualan Terompet Tahun Baru di Asemka Sepi, Pedagang Keluhkan Larangan Kembang Api