Suara.com - Julian Assange, pendiri situs pembocor dokumen rahasia pemerintahan, WikiLeaks, mengungkap rencananya untuk segera meninggalkan gedung Kedutaan Besar Ekuador, di London, Inggris. Namun, Assange tidak merinci kapan tepatnya dia keluar dari tempatnya berlindung selama dua tahun terakhir itu.
Sebelumnya, menurut sebuah laporan yang dilansir media pemberitaan Sky News, Assange berencana keluar dari kedutaan karena kondisi kesehatannya yang menurun. Namun, dalam konferensi pers yang digelar pada hari Senin (18/8/2014) di sebuah ruangan di kedutaan, Assange membantah laporan media milik pengusaha Rupert Murdoch tersebut.
"Saya akan meninggalkan kedutaan besar (Ekuador) segera... namun mungkin bukan karena alasan yang diberikan oleh media milik Murdoch dan Sky News saat ini," kata Assange dalam konferensi pers tersebut.
Ketika ditanya soal kondisi kesehatannya, lelaki asal Australia itu mengatakan, siapapun akan terpengaruh jika tinggal selama dua tahun di sebuah gedung tanpa melihat dunia luar atau terkena sinar matahari langsung. Keluhan itu pulalah yang disampaikan Assange dalam berbagai kesempatan.
Lelaki berusia 43 tahun tersebut menjadi kejaran aparat penegak hukum Amerika Serikat sejak WikiLeaks, situs yang dikelolanya, membocorkan dokumen-dokumen militer dan diplomatik rahasia pada tahun 2010 silam. Lelaki itu juga terancam jeratan pasal pelecehan seksual terhadap dua orang perempuan di Swedia, sebuah tuduhan yang terang-terangan dibantah olehnya.
Assange tinggal di gedung kedutaan besar Ekuador sejak tahun 2012 setelah mendapat suaka politik, untuk menghindari ekstradisi ke Swedia. Ia tidak akan berurusan dengan polisi selama berada di gedung kedutaan tersebut. Namun, begitu meninggalkan kedutaan, Assange akan ditangkap oleh pihak berwajib yang selalu berjaga sepanjang 24 jam sejak lelaki itu masuk dua tahun silam.
Situs WikiLeaks-nya juga baru-baru ini membuat panas telinga Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Situs tersebut mengungkap dokumen rahasia pengadilan Australia terkait perintah untuk menjaga kerahasiaan persidangan sebuah kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pemimpin negara di Asia. Nama Presiden SBY dan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri turut disebutkan dalam dokumen tersebut. Belakangan, pemerintah Australia menegaskan, SBY dan Megawati tidak terlibat kasus korupsi yang dimaksud. (Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Bupati Bekasi di Tengah Pusaran Kasus Suap, Mengapa Harta Kekayaannya Janggal?
-
6 Fakta Tabrakan Bus Kru KRI Soeharso di Medan: 12 Personel Terluka
-
Pesan di Ponsel Dihapus, KPK Telusuri Jejak Komunikasi Bupati Bekasi
-
Rotasi 187 Perwira Tinggi TNI Akhir 2025, Kapuspen Hingga Pangkodau Berganti
-
KPK Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Kantor Ayahnya
-
Kejari Bogor Musnahkan 5 Kilogram Keripik Pisang Bercampur Narkotika
-
Pemerintah Tunda Kenaikan Cukai Rokok 2026: Kebijakan Hati-Hati atau Keberpihakan ke Industri?
-
Tren Kenaikan Arus Lalu Lintas di Ruas Regional Nusantara, Tol Jogja-Solo Naik 37 Persen
-
Geger Teror Bom, Ini Daftar 10 SMA di Depok yang Disisir Tim Gegana
-
Kasus Suap Ijon Proyek: KPK Geledah Rumah Bupati Bekasi, Angkut Land Cruiser