Suara.com - Hari ini, 110 tahun silam, Deng Xiaoping lahir di Guang'an, Sichuan, Cina. Deng Xiaoping adalah tokoh reformis Republik Rakyat Cina (RRC) yang mendorong negeri Tirai Bambu menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Deng lahir dari keluarga petani berada. Sempat belajar dan bekerja di Prancis, Deng kembali ke Cina pada tahun 1923 dan merintis kariernya sebagai politisi di Partai Komunis Cina. Deng lalu bergabung dalam revolusi komunis di bawah pimpinan Mao Zedong, sang Bapak pendiri RRC.
Paham komunis berkembang hingga berdirilah RRC pada 1949. Meski hanya berada di balik bayang-bayang Mao Zedong, peran Deng di masa-masa awal berdirinya RRC tidak bisa dikesampingkan. Ia merupakan salah satu politisi yang gencar melakukan konsolidasi guna memperkuat kendali komunis di seluruh negeri.
Tahun 1960an, Deng mencoba memperkenalkan kebijakan ekonomi yang berbeda. Ia mengembangkan sosialisme yang kolot menjadi "sosialisme dengan karakteristik Cina". Ternyata, Mao Zedong tak sepaham dengannya. Deng Xiaoping pun diasingkan ke Provinsi Jiangxi.
Tahun 1973, Deng dipanggil Perdana Menteri yang berkuasa kala itu, Zhou Enlai, untuk membantu mengembangkan perekonomian Cina. Lewat reformasi ekonomi yang dikenal dengan "ekonomi pasar sosialis", Deng berhasil mengangkat ekonomi dalam negeri.
Deng membuka investasi asing untuk masuk ke cina, serta membidani berbagai kebijakan lainnya. Berkat tangan dinginnya, Cina menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia selama 30 tahun. Pada gilirannya, pesatnya perekonomian juga meningkatkan standar hidup jutaan rakyat negeri tersebut.
Pada pertengahan tahun 80an, Deng memperkenalkan reformasi dalam bidang pertanian dan industri, serta kebijakan kependudukan ekstrim, yakni satu keluarga satu anak, demi mengendalikan pertumbuhan penduduk. Meski tak pernah menjabat sebagai kepala negara, kepala pemerintahan atau ketua tertinggi partai, Deng merupakan tokoh paling berpengaruh pada rentang waktu 1978 hingga 1992. Ia disebut-sebut sebagai "paramount leader", julukan non-resmi bagi pemimpin sentral di Cina.
Gaya pemerintahan otoriternya mendapat perlawanan pada tahun 1989. Ketika itulah, Tragedi Tiananmen pecah. Deng disebut-sebut membiarkan militer menumpas demonstran pendukung demokrasi dengan kekerasan. Diperkirakan ada 500 hingga 2.500 orang yang tewas dalam tragedi berdarah di Lapangan Tiananmen tersebut. Namun, banyak pengamat politik yang menyangsikan keterlibatan Deng dalam tragedi tersebut.
Deng memang menuai kecaman dari dunia internasional. Namun, dirinya tetap berkuasa dan hingga kini, pemerintah Cina berupaya menutup rapat-rapat kebenaran yang terjadi kala itu. Deng tutup usia pada 19 Februari 1997. Ia meninggal di usia 92 tahun.
Orang-orang besar yang harus Anda tahu kisahnya: Ayatollah Ali Khamenei, Nelson Mandela, Aung San Suu Kyi, B.J. Habibie, Xi Jinping
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional