Suara.com - Israel merampas 400 hektar lahan di kawasan Tepi Barat pada hari Senin (1/9/2014). Perampasan lahan itu merupakan yang terbesar dalam 30 tahun terakhir.
Sekitar 400 hektar lahan di daerah pemukiman Yahudi Etzion di selatan Kota Betlehem dinyatakan Israel sebagai "tanah negara". Klaim itu dikeluarkan berdasarkan instruksi dari eselon politik Administrasi Sipil yang dijalankan oleh militer Israel.
Di lokasi tersebut, sudah berdiri pemukiman warga Yahudi yang dikenal dengan nama "Gevaot". Lahan tersebut sebenarnya telah dirampas oleh Israel sejak tahun 2000. Tahun lalu, Israel membuka tender untuk pembangunan perumahan di lokasi tersebut.
Pemberitahuan itu dikeluarkan pada hari Senin tanpa memberikan alasan yang jelas. Israel Radio mengatakan, langkah tersebut diambil sebagai respon terhadap penculikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi oleh Hamas di wilayah tersebut pada bulan Juni lalu.
Tentu saya, keputusan itu menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk otoritas Palestina, kelompok anti-pendudukan Peace Now, hingga sekutu Israel, Amerika Serikat. Peace Now, yang selama ini menentang aktivitas Israel di Tepi Barat mengatakan bahwa perebutan lahan itu adalah yang terbesar sejak era tahun 1980an.
Peace Now, lewat laman Facebooknya, menyebut bahwa perebutan lahan ini sama saja menikam pemerintahan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dari belakang. Salah seorang aktivis Peace Now, Yariv Oppenheimer mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu "merusak segala hubungan diplomatik".
Sementara itu, pemerintah Palestina memperingatkan kepada Israel bahwa perebutan lahan akan meningkatkan konflik antara kedua belah pihak. Palestina meminta agar keputusan tersebut ditarik.
Amerika Serikat, sekutu Israel, pun angkat bicara, mereka mendesak agar Israel mencabut keputusan tersebut. Menurut AS, langkah tersebut kontra produktif dengan upaya mewujudkan solusi damai antara Israel dan Palestina.
"Kami mendesak agar pemerintah Israel mengubah keputusannya," kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS di Washington. (Reuters/Times)
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
Terkini
-
Kios hingga Kendaraan Dibakar usai Pengeroyokan Matel di Kalibata, Pramono: Saya Tidak Mau Terulang!
-
Terima Laporan Krisis Air Bersih di Langkat, Prabowo: Kita akan Membantu Semua Warga
-
Perwira Polri Ingatkan Debt Collector Tak Boleh Tarik Paksa Tanpa Putusan Pengadilan!
-
Banser Bantu Bersihkan Gereja HKBP Sibolga yang Terdampak Banjir
-
Timnas U-22 Gagal Total di SEA Games 2025, Komisi X: Publik Berhak Kecewa, Tim Kembali ke Pola Lama
-
Dari Sel ke Mimbar: Intip Momen Ferdy Sambo Ikuti Praise and Worship di Lapas Cibinong Jelang Natal
-
6 Anggota Yanma Polri Jadi Pelaku Pengeroyokan Matel di Kalibata, Komisi III DPR: Harus Diproses!
-
Pengeroyok Sudah Ditangkap! Polisi Usut Aksi Balas Dendam Matel yang Rusak Kios Pedagang Kalibata
-
Terkuak! Motor Anggota Polri Nunggak Cicilan Jadi Pemicu Pengeroyokan Maut 2 Matel di Kalibata
-
Ratusan Rumah Luluh Lantak, Pemkab Agam Membutuhkan 525 Huntara Bagi Korban Banjir