Suara.com - Pemerintah menilai pembebasan terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM, almarhum Munir, sudah sesusai dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu, hak terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto untuk menghirup udara bebas alias dikeluarkan dari penjara, dinilai sebagai hal yang wajar dan karenanya tak ada lagi hal yang perlu dipersoalkan.
Namun, pernyataan tersebut tidak disepakati oleh Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum), yang melihat pembebasan tersebut masih memiliki kejanggalan luar biasa. Hal tersebut antara lain seperti tidak adanya penyesalan dan permintaan maaf dari terpidana atas perbuatan yang telah dilakukannya.
"Masa hanya dengan menjadi Ketua Pramuka, dia dibebaskan. Ini kan kasus pelanggaran HAM berat. Seharusnya esensi pemidanaan itu memberikan efek jera dan penyesalan," ungkap salah seorang anggota Kasum, Pongky Indarti, di Gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2014).
Sementara itu, Koordinator Kasum, Febi Yonesta memaparkan, setidaknya ada tiga poin yang menggambarkan adanya kejanggalan dari kebijakan Menkumham tersebut. Ketiga poin itu pula menurutnya yang menjadi isi surat somasi Kasum kepada Presiden Jokowi dan Menkumham Yasonna Hamongan Laoly. Salah satu dari tiga poin itu menyebutkan bahwa pembebasan bersyarat tersebut sangat berseberangan dengan kepentingan masyarakat umum.
"Setidaknya ada tiga poin yang akan kami sampaikan dalam surat somasi nanti, di mana salah satunya terkait adanya nilai yang berseberangan dengan kepentingan publik dari kebijakan ini," kata Febi.
Berikut ketiga poin dari Kasum tersebut:
1. Pembebasan bersyarat kepada Pollycarpus bertentangan dengan esensi pemidanaan yang seharusnya mengandung unsur penjeraan dan perbaikan sikap pelaku sehingga dapat menjadi lebih baik dan korban memperoleh kepuasan karena hukum telah ditegakan. Di sini pemerintah gagal menjalankan sistem pemidanaan tersebut.
2. Bertentangan dengan pemberian pembebasan bersyarat yang menekankan bahwa pelaksanaan pembebasan bersyarat harus bermanfaat tidak hanya bagi si pelaku dan keluarganya, namun juga tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan rasa keadilan masyarakat.
3. Pembebasan Pollycarpus dapat membahayakan proses penegakan hukum karena aktor intelektualnya belum terungkap, karena dapat merusak dan menghilangkan bukti dan data.
Atas poin-poin tersebut, para aktivis Kasum menyatakan akan menunggu respons pemerintah dalam jangka waktu paling lama tujuh hari.
Berita Terkait
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Polisi Tantang Balik Roy Suryo dkk di Kasus Ijazah Jokowi: Silakan Ajukan Praperadilan!
-
Roy Suryo Klaim Ijazah Jokowi Tetap Palsu Usai Gelar Perkara Khusus
-
Terpopuler: Awal Mula Ijazah Jokowi Dituduh Palsu, Artis AK Terseret Isu Perselingkuhan Ridwan Kamil
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah
-
Percepat Pemulihan Pascabencana, Mendagri Instruksikan Pendataan Hunian Rusak di Tapanuli Utara
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh