Suara.com - Sebenarnya Jakarta banjir, salah siapa? Salah Gubernur DKI Jakarta atau karena sudah sejak dulu banjir terjadi?
Pakar Hidrologi, Ahmad Munir menjelaskan penyebab banjir di Jakarta dari sisi sejarah dan tipologi pembangunan di Jakarta. Dia mengakui jika pembangunan di Ibukota Negara ini sudah tak teratur.
"Masalahnya itu pertumbuhan pemukiman yang begitu cepat," kata Munir saat berbincang dengan suara.com di Kawasan Depok Jawa Barat, Rabu (11/2/2015) kemarin.
Sejak orde baru memerintah, pembangunan di Jakarta melesat dibandingkan pembangunan kota lain. Begitu juga pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan lahan.
Kata dia dengan pertumbuhan itu, banyak kawasan resapan di Jakarta justru dibangun 'taman beton' seperti perumahan dan gedung bertingkat. Kata dia, kawasan Jakarta yang mempunyai banyak dataran cekungan, justru tidak bisa dibangun dengan banyak bangunan.
"Bahkan atlas tahun 1943, itu masih banyak sawah dan kebun. Tapi beberapa puluh tahun ini bisa kita lihat lah. Begitu cepat, itu banjir. Yang disalahkan yah itu, perubahan land use yang begitu cepat," jelas dia.
Dia mengatakan, mau tak mau kawasan pemukiman di bantaran kali dan di kawasan resapan seperti Jakarta Selatan harus dikurangi. Pemprov DKI harus menggusur pemukiman liar di sepanjang 13 sungai besar di Jakarta. Selain itu perbanyak vegetasi dan ruang terbuka hijau di Selatan Jakarta sebagai pintu masuk air Ciliwung dari Bogor.
"Air akan tertahan sebelum masuk ke Jakarta. Makanya perlu dibangun waduk kecil dan kembalikan vegetasi di Jakarta Selatan. Air juga sulit meresap jika masih banyak pemukiman liar di sungai," jelasnya.
Menurutnya, Jakarta tidak bisa dihindari dari banjir. Namun banjir itu bisa dikendalikan dengan berbagai cara. Semisal normalisasi sungai dan membangun waduk-waduk baru untuk menampung debit kiriman air dari Bogor.
"Masa lalu Jakarta memang banjir terus, tapi tidak bisa disalahkan juga. Sekarang yang utama pengendalian banjir itu. Itu solusi jangka pendek," jelas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa