Suara.com - Sekretaris Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Azwar Abubakar menilai Hatta Rajasa lebih pas untuk masuk di jajaran MPP daripada kembali memperebutkan posisi ketua umum.
"Setelah menjabat ketua umum tentu Pak Hatta jadi lebih arif dan lebih cocok di MPP," kata Azwar kepada wartawan di Nusa Dua, Bali, Sabtu (28/2/2015).
Dia pun mencontohkan Amien Rais, pendiri sekaligus mantan ketua umum PAN, yang kini memimpin MPP PAN.
Menurut dia, setiap orang memiliki masa, dan masa bagi Hatta untuk memimpin PAN sudah dijalaninya selama lima tahun terakhir.
"Kini kita butuh tokoh baru, tokoh muda, 'the rising star'," kata Azwar yang sebelumnya sempat masuk bursa ketua umum dalam Kongres IV PAN di Nusa Dua, Bali, 28 Februari-2 Maret 2015.
Alasan bahwa PAN butuh tokoh muda yang enerjik itu pula yang membuat Azwar memutuskan tidak meneruskan pencalonannya sebagai ketua umum dan memilih mendukung Zulkifli Hasan.
Menurut mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu, Zulkifli memang bukan orang paling pandai di PAN, namun Zulkifli memiliki kelebihan mau mendengarkan pendapat orang lain.
"Itu kelebihan dia. Bukankah aspirasi pengurus daerah juga perlu didengarkan," katanya.
Sementara itu Zulkifli Hasan menyatakan ingin membangun tradisi baru di PAN agar partai itu semakin baik dan diterima publik.
Tradisi baru itu di antaranya berupa kesetaraan antara pengurus tingkat pusat, wilayah, dan daerah. Pengurus wilayah dan pengurus daerah memiliki kewenangan dan keleluasaan di dalam mengambil keputusan, termasuk terkait pemilihan kepala daerah.
"Teman-teman daerah ingin pusat tak berkuasa berlebihan. Tak cocok dengan demokrasi modern kalau yang menentukan semua pusat, ketua umum," katanya.
Tradisi baru lainnya adalah ketua umum bukan segala-galanya atau pusat kekuasaan partai. Seorang ketua umum justru harus melayani partai dan kader.
"Ketua umum harus mengurus partai, bukan mengurus diri sendiri. Daerah ingin ketua umum keliling daerah, memperhatikan kader dan infrastruktur partai," katanya.
Berikutnya adalah ketua umum tidak otomatis menjadi calon presiden. Untuk itu, penetapan calon presiden ditentukan melalui konvensi yang boleh diikuti tokoh dari luar partai. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?
-
Mendagri: Pemerintah Siapkan Bantuan Renovasi dan Hunian bagi Warga Terdampak Bencana Sumatra
-
Kemendagri Kirim 1.054 Praja IPDN ke Aceh untuk Pulihkan Desa Terdampak Bencana
-
Profil Amal Said, Dosen Viral Ludahi Pegawai Kasir Terancam Dipenjara