Suara.com - Salah satu pemicu melemahnya rupiah terhadap dolar AS hingga hampir Rp13 ribu ditengarai karena kisruh yang terjadi di Jakarta, antara Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan DPRD DKI Jakarta tentang dana siluman di APBD 2015.
"Jangan sampai ada kekhawatiran di sisi politik, misalnya masalah di Jakarta, tentang perseteruan yang semestinya tidak harus ada. Ini kan ibu kota negara, bagaimanapun bisa menjadi pemicu untuk daerah-daerah lain tentunya," kata Ketua Badan Anggaran DPR RI, Ahmadi Noor Supit, di gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (4/3/2015).
Ia melanjutkan dengan adanya masalah di Jakarta, maka akan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat atau orang untuk menyimpan uang di Jakarta.
"Itu salah satu yang mencuat, itu memicu orang, para spekulan berpikir jangan-jangan tidak aman nih barang karena konstelasi berubah dan tidak selesai. Kalau begitu, spekulasi untuk menyimpan rupiah jadi salah satu opsi selamatkan diri ke depan. Itu salah satu penyebab," kata Supit.
Selain itu, penyebab lainnya adalah situasi politik yang belum stabil dan perseteruan KPK-Polri.
"Kemudian situasi parpol yang nampaknya belum terlalu stabil, itu juga salah satu faktor pemicu, saya kuatirnya begitu. Situasi politik belum terlalu menjanjikan, ini juga harus diwaspadai. Oleh karena itu, sedapat mungkin pemerintah dapat meredam situasi ini," kata dia.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada Presiden untuk mengambil langkah-langkah cepat untuk mengatasi melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
"Sebetulnya sikap presiden yang cepat mengatasi beras, mestinya bisa meredam. Artinya situasi-situasi mengakibatkan pergolakan harga, inflasi, seperti itu harus cepat diatasi. Secara psikologis kehadiran presiden mendrive penurunan harga, itu sangat bagus untuk situasi masyarakat, tapi juga mestinya presiden juga melakukan di bidang politik. Kalau presiden punya sikap, misalnya turun tangan soal Jakarta, KPK, soal parpol, bila itu dilakukan presiden, itu bisa meredam melemahnya rupiah," kata politisi Golkar itu.
"Situasi ekonomi sangat bergantung pada situasi politik. Kalau situasi politik bisa teredam, saya yakin, dolar tidak menguat," ia menambahkan. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
Cemburu Istri Dituduh Selingkuh, Terkuak Motif Pria di Cakung Bakar Rumah
-
Pemprov Sumut Beri SPP Gratis, Internet Gratis, Pelatihan Tenaga Pengajar
-
Daftar 17 Hari Libur Nasional 2026 Resmi Berdasarkan SKB 3 Menteri
-
Pendidikan Ketua PBNU Gus Fahrur, Sebut Food Tray MBG Mengandung Babi Boleh Dipakai setelah Dicuci
-
Cinta Segitiga Berujung Maut: Pemuda Cilincing Tewas Ditikam Pisau 30 Cm oleh Rival Asmara
-
Narasi Prabowo - Gibran Dua Periode Disorot: Orientasi Kekuasaan Jauh Lebih Dominan?
-
Imbas Pasutri di Cakung Ribut: Rumah Ludes Dibakar, Suami Dipenjara, Istri-Mertua Luka-luka!
-
Rocky Gerung Bongkar Borok Sistem Politik!
-
Wahyudin Moridu Ternyata Mabuk saat Ucap 'Mau Rampok Uang Negara', BK DPRD Gorontalo: Langgar Etik!
-
Indonesia di Ambang Amarah: Belajar dari Ledakan di Nepal, Rocky Gerung dan Bivitri Beri Peringatan!