Suara.com - Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan sekolah kini rentan untuk dimasuki paham radikal seperti Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS).
"Jika tidak memiliki benteng yang kuat, paham ISIS potensial masuk melalui dunia pendidikan," kata Susanto di Jakarta, Rabu.
Maka dari itu, kata dia, sekolah harus waspada dan membentengi siswa dari pengaruh paham ISIS.
Pencegahan masuknya paham radikal seperti ISIS bisa dilakukan sejak dini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan, kata Susanto, yaitu pertama pastikan tenaga pendidik dan kependidikan memiliki pemikiran keagamaan yang inklusif, bukan garis keras.
Kedua, siswa perlu diberi pendidikan tentang pentingnya mengetahui ciri-ciri pemikiran radikal, modus rekrutmen dan kiat praktis menghindari pemikiran radikal. Dengan begitu, siswa terbentengi dan tidak terpengaruh dengan mudah oleh ajaran-ajaran kekerasan, terutama paham ISIS.
Ketiga, sekolah perlu memantau dan melakukan deteksi dini terhadap aktivitas siswa agar tidak terjebak dan menjadi korban paham radikal.
Sementara itu, Susanto juga meminta agar setiap pihak turut aktif agar radikalisme dapat dibendung sehingga tidak meracuni generasi muda.
Menurut dia, Indonesia memiliki banyak tokoh berpengaruh dan instrumen kuat untuk mempromosikan gerakan antiradikalisme.
Beberapa contoh instrumen itu seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Kementerian Agama dan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan.
Untuk itu, dia meminta sejumlah instrumen itu bergerak lebih aktif lagi agar ISIS tidak berkembang di Indonesia.
Instrumen itu juga termasuk organisasi kemasyarakatan keagamaan dan sosial dan juga lingkungan keluarga. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Empat Pendukung ISIS di Sumatera Diciduk Densus 88! Gunakan Media Sosial untuk Provokasi Teror
-
Turki Gempur ISIS Online: 26 Orang Ditangkap Terkait Propaganda Teror di Medsos
-
Serangan Udara AS di Somalia Tewaskan Tokoh Kunci ISIS, Siapa?
-
Gempur Persembunyian ISIS di Pegunungan Somalia, AS Klaim Sukses Besar
-
Turki Desak Prancis Pulangkan Warganya yang Terlibat ISIS di Suriah
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Mafindo Ungkap Potensi Tantangan Pemilu 2029, dari AI hingga Isu SARA
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil
-
Mensos Ungkap Alasan Rencana Digitalisasi Bansos: Kurangi Interaksi Manusia Agar Bantuan Tak Disunat