Suara.com - Pihak Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Cenderawasih menyebutkan, di Papua ada tiga kelompok sipil bersenjata (KSB) yang tergolong besar. Masing-masing yakni kelompok Mathias Wenda di wilayah Wutung atau perbatasan RI-PNG, kemudian kelompok Goliat Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya, serta kelompok Hans Yoweni di wilayah Mamta.
"Tapi karena mereka sekarang sudah termakan usia, jadi mereka sudah tidak bertindak aktif di lapangan. Tetapi secara hirarki, mereka masih tetap dihormati oleh sesamanya," ujar Pangdam XVII Cenderawasih, Mayjen TNI Fransen Siahaan, di Jayapura, Papua, Selasa (31/3/2015).
Dikatakan Fransen lagi, seiring perkembangan zaman, maka muncul kelompok-kelompok yang diawaki para pemuda seperti Enden Wanimbo dan Puron Wenda di wilayah pegunungan tengah, juga Kelly Kwalik dan Ayub Waker di Timika. Namun kelompok-kelompok muda ini menurutnya bergerak bukan karena ideologi kemerdekaan Papua.
"Tapi di antara mereka itu, yang paling sering eksis adalah kelompok Yambi, Purom Wenda dan Enden Wanimbo. Mereka ini yang masih sering melakukan aksi-aksi, seperti penembakan dan perampasan senjata milik anggota TNI/Polri," sambung Fransen.
Menurutnya, kelompok-kelompok muda ini kerap beraksi hanya untuk mencari nama sebagaimana kebesaran para pendahulunya yang sudah sepuh.
"Jadi mereka (kelompok Enden dan Puron) itu kelompok muda yang ingin diakui keberadaannya di lingkungan mereka. Dan ketika mereka berhasil merampas atau mendapatkan senjata, dan kemudian bisa beraksi, maka itu sudah (menjadi) pengakuan bahwa merekalah yang menguasai daerah tersebut," beber Fransen.
Fransen menjelaskan lagi, latar belakang manuver kelompok besar bentukan Goliat Tabuni, Mathius Wenda dan Hans Yoweni, memang lebih karena ingin memperjuangkan kemerdekaan Papua. Sementara kelompok muda Puron Wenda dan lainnya itu, menurutnya masih diragukan ideologinya.
"Karena kelompok muda ini ideologinya mungkin karena uang, ideologi 'sakit hati' dengan kepala daerah, dan masih banyak lagi. Tapi kalau dibilang ideologi merdeka, kami masih ragukan itu," tandasnya. [Lidya Salmah]
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Prabowo Kunjungan di Sumatra Barat, Tinjau Penanganan Bencana dan Pemulihan Infrastruktur
-
Viral Tumpukan Sampah Ciputat Akhirnya Diangkut, Pemkot Tangsel Siapkan Solusi PSEL
-
KPK Buka Peluang Periksa Istri Ridwan Kamil di Kasus Korupsi Bank BJB, Sebut Perceraian Tak Pengaruh
-
Membara Kala Basah, Kenapa Kebakaran di Jakarta Justru Meningkat Saat Hujan?
-
Keroyok 'Mata Elang' Hingga Tewas, Dua Polisi Dipecat, Empat Lainnya Demosi
-
Disebut-sebut di Sidang Korupsi Chromebook: Wali Kota Semarang Agustina: Saya Tak Terima Apa Pun
-
Kemenbud Resmi Tetapkan 85 Cagar Budaya Peringkat Nasional, Total Jadi 313
-
Bukan Sekadar Viral: Kenapa Tabola Bale dan Tor Monitor Ketua Bisa Menguasai Dunia Maya?
-
Muncul SE Kudeta Gus Yahya dari Kursi Ketum PBNU, Wasekjen: Itu Cacat Hukum!
-
Drone Misterius, Serdadu Diserang: Apa yang Terjadi di Area Tambang Emas Ketapang?