Inilah kamar Deudeuh Alfisahrin. Boarding House, nomor 28, Jalan Tebet Utara, Tebet, Jakarta Selatan. (suara.com/Bagus Santosa)
Kamar nomor 28 Boarding House, Jalan Tebet Utara, Tebet, Jakarta Selatan, masih terpasang garis polisi. Pintu yang terbuat dari kayu tertutup rapat dan tidak boleh dibuka oleh siapapun.
Kamar ini merupakan lokasi pembunuhan penghuni kos cantik, Deudeuh Alfisahrin (29). Deudeuh ditemukan tidak bernyawa pada Sabtu (11/4/2015) malam dengan kondisi bugil dan mulut disumpal kaos kaki serta leher terjerat kabel.
Buche tetangga korban di kamar 24 ini mengaku kaget dengan peristiwa itu. Empi (panggilan Deudeuh) yang dia kenal sebagai orang tertutup, telah meninggal dunia.
Dia kaget dan baru tahu kabar saat pulang kerja pada Sabtu pukul 21.00 WIB. Dia kaget lantaran kamar Empi sudah diberi garis polisi. Dia lantas bertanya kepada tetangga lain mengenai apa yang terjadi.
"Saya kaget, dia orangnya tertutup. Kata tetangga, Empi ditemukan meninggal oleh polisi pas pintunya dibuka paksa jam 20.00 WIB," kata Buche saat ditemui suara.com, Selasa (14/4/2015).
Mulai hari Minggu (12/4/2015), polisi mulai berdatangan. Buche pun dimintai keterangan. Dia menjelaskan seadanya karena memang tidak terlalu akrab dengan korban. Ia juga mengaku tahu peristiwanya.
"Saya sih mulai terganggu, banyak wartawan dan polisi yang datang. Tapi saya harap ini kasus cepat terbuka biar cepat selesai dan kita nyaman lagi," kata Buche.
Sama hal dengan tetangga Empi lainnya, Aurel (24), penghuni kamar nomor 30. Dia juga sudah tidak nyaman lagi tinggal di indekos ini. Bukan apa-apa, setiap malam dia mulai merasakan hal-hal mistis dari kamar Empi sejak ada kasus pembunuhan. Kamar Aurel sendiri tepat berada di depan kamar Empi sehingga dia memutuskan untuk pindah indekos.
"Aku mulai nggak nyaman. Ini mau pindah kosan. Karena di hari pertama meninggalnya Empi, ada suara-suara aneh dari kamarnya. Saya jadi nggak nyaman," kata Aurel.
Mengenai sosok Empi, Aurel enggan bercerita banyak. Aurel mengaku sudah tidak berhubungan lagi dengannya sejak delapan bulan yang lalu. Sebab, dia pernah selisih paham. Mereka tidak saling sapa lagi.
"Hampir delapan bulan saya marahan. Tapi saya shock banget denger kabar ini," kata Aurel.
Pengelola indekos, Surya, mengatakan Empi merupakan orang yang baik. Pria tambun ini bercerita Empi memang tidak pernah punya masalah dengan orang lain. Bahkan, Surya kerap menjadi teman cerita Empi bila ada apa-apa.
"Dia mah nggak ada masalah. Cuma, waktu kecilnya ini yang sedih. Waktu dia lahir, ibunya meninggal. Terus nggak lama setelah itu ayahnya juga meninggal. Akhirnya dia hidup sendirian dan dirawat oleh tantenya di Condet. Terus setelah mandiri dia tinggal di sini," kata Surya yang bilang Empi sudah lima tahun di indekos.
Surya mengelola indekos sejak 1983 dan baru direnovasi pada tahun 2004. Total kamar di indekos ada 27 kamar dengan ukuran sekitar 3x4 meter. Seluruh indekos selalu penuh ketika ditinggal pemilik sebelumnya.
Selain strategis, Surya menyebut tarif indekos tergolong murah. Aman pula. Setiap kamar, harganya Rp2,5 juta per bulan. Itu sudah fasilitas AC dan kamar mandi dalam.
Untuk diketahui, Empi ditemukan tewas di indekos. Empi dibunuh oleh orang yang diduga sudah dikenalnya.
Malam sebelum ditemukan tewas, Empi menerima tamu di indekos. Namun, polisi masih belum berhasil mengidentifikasi tamu terakhir yang diduga tahu betul detik-detik terakhir hidup Empi.
Kamar ini merupakan lokasi pembunuhan penghuni kos cantik, Deudeuh Alfisahrin (29). Deudeuh ditemukan tidak bernyawa pada Sabtu (11/4/2015) malam dengan kondisi bugil dan mulut disumpal kaos kaki serta leher terjerat kabel.
Buche tetangga korban di kamar 24 ini mengaku kaget dengan peristiwa itu. Empi (panggilan Deudeuh) yang dia kenal sebagai orang tertutup, telah meninggal dunia.
Dia kaget dan baru tahu kabar saat pulang kerja pada Sabtu pukul 21.00 WIB. Dia kaget lantaran kamar Empi sudah diberi garis polisi. Dia lantas bertanya kepada tetangga lain mengenai apa yang terjadi.
"Saya kaget, dia orangnya tertutup. Kata tetangga, Empi ditemukan meninggal oleh polisi pas pintunya dibuka paksa jam 20.00 WIB," kata Buche saat ditemui suara.com, Selasa (14/4/2015).
Mulai hari Minggu (12/4/2015), polisi mulai berdatangan. Buche pun dimintai keterangan. Dia menjelaskan seadanya karena memang tidak terlalu akrab dengan korban. Ia juga mengaku tahu peristiwanya.
"Saya sih mulai terganggu, banyak wartawan dan polisi yang datang. Tapi saya harap ini kasus cepat terbuka biar cepat selesai dan kita nyaman lagi," kata Buche.
Sama hal dengan tetangga Empi lainnya, Aurel (24), penghuni kamar nomor 30. Dia juga sudah tidak nyaman lagi tinggal di indekos ini. Bukan apa-apa, setiap malam dia mulai merasakan hal-hal mistis dari kamar Empi sejak ada kasus pembunuhan. Kamar Aurel sendiri tepat berada di depan kamar Empi sehingga dia memutuskan untuk pindah indekos.
"Aku mulai nggak nyaman. Ini mau pindah kosan. Karena di hari pertama meninggalnya Empi, ada suara-suara aneh dari kamarnya. Saya jadi nggak nyaman," kata Aurel.
Mengenai sosok Empi, Aurel enggan bercerita banyak. Aurel mengaku sudah tidak berhubungan lagi dengannya sejak delapan bulan yang lalu. Sebab, dia pernah selisih paham. Mereka tidak saling sapa lagi.
"Hampir delapan bulan saya marahan. Tapi saya shock banget denger kabar ini," kata Aurel.
Pengelola indekos, Surya, mengatakan Empi merupakan orang yang baik. Pria tambun ini bercerita Empi memang tidak pernah punya masalah dengan orang lain. Bahkan, Surya kerap menjadi teman cerita Empi bila ada apa-apa.
"Dia mah nggak ada masalah. Cuma, waktu kecilnya ini yang sedih. Waktu dia lahir, ibunya meninggal. Terus nggak lama setelah itu ayahnya juga meninggal. Akhirnya dia hidup sendirian dan dirawat oleh tantenya di Condet. Terus setelah mandiri dia tinggal di sini," kata Surya yang bilang Empi sudah lima tahun di indekos.
Surya mengelola indekos sejak 1983 dan baru direnovasi pada tahun 2004. Total kamar di indekos ada 27 kamar dengan ukuran sekitar 3x4 meter. Seluruh indekos selalu penuh ketika ditinggal pemilik sebelumnya.
Selain strategis, Surya menyebut tarif indekos tergolong murah. Aman pula. Setiap kamar, harganya Rp2,5 juta per bulan. Itu sudah fasilitas AC dan kamar mandi dalam.
Untuk diketahui, Empi ditemukan tewas di indekos. Empi dibunuh oleh orang yang diduga sudah dikenalnya.
Malam sebelum ditemukan tewas, Empi menerima tamu di indekos. Namun, polisi masih belum berhasil mengidentifikasi tamu terakhir yang diduga tahu betul detik-detik terakhir hidup Empi.
Komentar
Berita Terkait
-
Sebelum Meninggal, Banyak 'Teman' Tata Chubby Mengaku Puas
-
Esek-esek Online, Mereka Tak Suka Lelaki yang Bicara Bertele-tele
-
Esek-esek Online Itu Upgrading Metode, Ikuti Perkembangan Zaman
-
Prostitusi Kian Canggih, Bahkan Bisa Booking Lewat Twitter
-
Siapa Lelaki yang Bertengkar dengan Tata Chubby di Kamar Kos?
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Sekjen PDIP Hasto Ingatkan Spirit Pengasingan Bung Karno di Konferda NTT
-
Masjid Dipasang Garis Polisi, Begini Kondisi SMAN 72 Jakarta Pasca Ledakan
-
Olah TKP Dinyatakan Rampung, Brimob Tinggalkan Lokasi, Polda Metro Jaya: Hasilnya Besok
-
Ledakan SMAN 72: Prabowo Beri Peringatan Keras! Ini Pesannya...
-
Ketua MPR: Tidak Ada Halangan bagi Soeharto untuk Dianugerahi Pemerintah Gelar Pahlawan Nasional
-
Misteri Ledakan SMA 72 Jakarta: Senjata Mainan Jadi Petunjuk Kunci, Apa yang Ditulis Pelaku?
-
Ledakan SMA 72 Jakarta: Pelaku Pelajar 17 Tahun, Kapolri Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Update Ledakan SMAN 72: Polisi Sebut 54 Siswa Terdampak, Motif Masih Didalami
-
Ledakan di SMAN 72 Jakarta Lukai 39 Siswa, Enam Orang Luka Berat
-
Kasih Paham, Hidup ala ShopeeVIP Bikin Less Drama, More Saving