Ilustrasi PSK. (Shutterstocks)
Fenomena prostitusi esek-esek di media online kembali menyeruak dalam beberapa hari terakhir pascakasus pembunuhan tragis yang menimpa perempuan cantik bernama Deudeuh Alfisahrin atau yang dikenal dengan sebutan @tataa_chubby di dunia maya.
Dalam akun Twitter-nya, Dedeuh menyebutkan profil singkat "25 thn 168/65/34b/Putih.Open BO include room 350 sejam.include room/caps..." Di tulisan di Twitter, Deudeuh juga menyiratkan menawarkan diri untuk melayani orang yang ingin mengajak berkencan.
Menurut kacamata psikologi, fenomena prostitusi online sebenarnya bukan hal yang baru. Prostitusi, menurut psikolog Efnie Indrianie, sebenarnya sudah ada sejak zaman perang dunia atau bahkan kekaisaran Romawi Kuno. Hanya saja, metode pemasarannya kini berkembang melalui media sosial atau online.
"Karena kalau melalui media online atau jejaring sosial kan mudah dan murah, praktis. Tinggal mengaktifkan paket internet dari perangkat komunikasi itu sudah bisa memasarkan diri mereka," ungkap Efnie ketika dihubungi suara.com, Senin (13/4/2015).
Sayangnya, pengguna jejaring sosial tak hanya kaum dewasa, namun juga anak-anak dan remaja. Inilah yang harus menjadi perhatian utama para orangtua karena dikhawatirkan anak-anak sebagai pengguna media pertemanan terlalu dini mengenal bisnis esek-esek.
"Pemanfaatan teknologi kan dilakukan semua umur. Dari anak-anak biasanya mulai SD itu sudah kenal dan menggunakan Twitter serta Facebook, kalau penyaringan dan pendampingan kurang maka anak jadi semakin dini mengenal prostitusi," imbuh Efnie.
"Kalau seandainya dorongan seksual sudah muncul dan lalu dia mengenal prostitusi online terlalu dini maka seperti gayung bersambut. Mulanya penasaran, lalu bisa saja mencoba jasa yang ditawarkan," Efnie menambahkan.
Tapi, perkembangan teknologi yang mendorong bisnis esek-esek secara online tak bisa sepenuhnya disalahkan begitu saja. Prostitusi ini, kata dia, hanya menyesuaikan diri dengan metode promosi.
"Itu merupakan upgrading metode saja. Karena sekarang sudah ada perkembangan teknologi maka promosinya juga mengikuti tren melalui media sosial. Sekarang tinggal bagaimana pengguna medsos arif dan tepat dalam memanfaatkan teknologi," katanya.
Dalam akun Twitter-nya, Dedeuh menyebutkan profil singkat "25 thn 168/65/34b/Putih.Open BO include room 350 sejam.include room/caps..." Di tulisan di Twitter, Deudeuh juga menyiratkan menawarkan diri untuk melayani orang yang ingin mengajak berkencan.
Menurut kacamata psikologi, fenomena prostitusi online sebenarnya bukan hal yang baru. Prostitusi, menurut psikolog Efnie Indrianie, sebenarnya sudah ada sejak zaman perang dunia atau bahkan kekaisaran Romawi Kuno. Hanya saja, metode pemasarannya kini berkembang melalui media sosial atau online.
"Karena kalau melalui media online atau jejaring sosial kan mudah dan murah, praktis. Tinggal mengaktifkan paket internet dari perangkat komunikasi itu sudah bisa memasarkan diri mereka," ungkap Efnie ketika dihubungi suara.com, Senin (13/4/2015).
Sayangnya, pengguna jejaring sosial tak hanya kaum dewasa, namun juga anak-anak dan remaja. Inilah yang harus menjadi perhatian utama para orangtua karena dikhawatirkan anak-anak sebagai pengguna media pertemanan terlalu dini mengenal bisnis esek-esek.
"Pemanfaatan teknologi kan dilakukan semua umur. Dari anak-anak biasanya mulai SD itu sudah kenal dan menggunakan Twitter serta Facebook, kalau penyaringan dan pendampingan kurang maka anak jadi semakin dini mengenal prostitusi," imbuh Efnie.
"Kalau seandainya dorongan seksual sudah muncul dan lalu dia mengenal prostitusi online terlalu dini maka seperti gayung bersambut. Mulanya penasaran, lalu bisa saja mencoba jasa yang ditawarkan," Efnie menambahkan.
Tapi, perkembangan teknologi yang mendorong bisnis esek-esek secara online tak bisa sepenuhnya disalahkan begitu saja. Prostitusi ini, kata dia, hanya menyesuaikan diri dengan metode promosi.
"Itu merupakan upgrading metode saja. Karena sekarang sudah ada perkembangan teknologi maka promosinya juga mengikuti tren melalui media sosial. Sekarang tinggal bagaimana pengguna medsos arif dan tepat dalam memanfaatkan teknologi," katanya.
Komentar
Berita Terkait
-
Prostitusi Kian Canggih, Bahkan Bisa Booking Lewat Twitter
-
Siapa Lelaki yang Bertengkar dengan Tata Chubby di Kamar Kos?
-
Seperti Ini Masa Kecil Penghuni Kos Cantik Deudeuh "Tata Chubby"
-
Ungkapan Perasaan Deudeuh "Tata Chubby" di Hari-hari Terakhirnya
-
Polisi Telusuri Nama-nama Tamu Kamar Kos Deudeuh "Tata Chubby"
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Sekjen PDIP Hasto Ingatkan Spirit Pengasingan Bung Karno di Konferda NTT
-
Masjid Dipasang Garis Polisi, Begini Kondisi SMAN 72 Jakarta Pasca Ledakan
-
Olah TKP Dinyatakan Rampung, Brimob Tinggalkan Lokasi, Polda Metro Jaya: Hasilnya Besok
-
Ledakan SMAN 72: Prabowo Beri Peringatan Keras! Ini Pesannya...
-
Ketua MPR: Tidak Ada Halangan bagi Soeharto untuk Dianugerahi Pemerintah Gelar Pahlawan Nasional
-
Misteri Ledakan SMA 72 Jakarta: Senjata Mainan Jadi Petunjuk Kunci, Apa yang Ditulis Pelaku?
-
Ledakan SMA 72 Jakarta: Pelaku Pelajar 17 Tahun, Kapolri Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Update Ledakan SMAN 72: Polisi Sebut 54 Siswa Terdampak, Motif Masih Didalami
-
Ledakan di SMAN 72 Jakarta Lukai 39 Siswa, Enam Orang Luka Berat
-
Kasih Paham, Hidup ala ShopeeVIP Bikin Less Drama, More Saving