Suara.com - Dalam pra rekonstruksi pembunuhan Angeline (8) di rumah Jalan Sedap Malam, Denpasar Bali, Kamis (11/6/2015), tersangka pembunuh, Agus, memperagakan sebanyak 18 adegan.
Setiap adegan mendapat perhatian serius penyidik. Menurut pengacara Agus, Haposan Sihombing, yang menyaksikan langsung peragaan pembunuhan, adegan pertama dilakukan sekitar pukul 13:00 Wita Agus. Saat itu, Agus baru selesai mencuci botol minum ayam milik ibu angkat Angeline, Margaret. Agus memanggil Angeline dan diajak masuk ke kamar.
Pada adegan kedua, Agus mengunci pintu kamar sehingga Angeline tidak bisa keluar, meski sudah berusaha keras.
Pada adegan ketiga, Angeline memangil-manggil nama mamanya.
Pada adegan keempat, Angeline jatuh terlentang dan kepalanya membentur tembok.
Pada adegan kelima dan keenam tersangka mencekik leher Angeline dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang tangan Angeline.
Agus terlihat membunuh anak kelas II SD pada adegan yang ketujuh.
Dalam pra rekonstruksi, tubuh Angeline diganti dengan boneka. Agus membenturkan kepala Angeline ke tembok berkali-kali. Setelah itu, Angeline lemas dan jatuh ke lantai.
Seperti diketahui Angeline diangkat anak oleh Margaret sejak umur tiga hari. Orang tua kandung Angeline bernama Hamida dan Rosidin, warga Banyuwangi, Jawa Timur.
Bocah kelas 2-B di SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, sebelumnya dilaporkan orang tua angkatnya hilang pada Sabtu (16/5/2015). Bahkan, Margaret sampai memposting foto Angeline, lalu tersebar di media sosial.
Tapi ternyata, jasad Angeline ditemukan dalam kondisi terkubur di halaman belakang rumah, dekat kandang ayam.
Jenazah Margaret ditemukan dalam keadaan tertelungkup memeluk boneka barbie dan dibungkus kain sprei putih.
Dari hasil autopsi RS Sanglah, di lehernya ditemukan bekas jeratan dan banyak sekali tanda kekerasan akibat benda tumpul, bahkan sundutan rokok di tubuh bocah tersebut.
Angeline merupakan anak yang diadopsi Margaret sejak usia tiga hari. Orang tuanya bernama Hamidah dan Rosidin, warga Banyuwangi, Jawa Timur.
Seharusnya Angeline naik kelas tiga pada tahun ajaran 2015/2016, namun kenyataan berkata lain. Niat Hamidah memberikan anaknya kepada Margaret supaya mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ternyata gagal. (Luh Wayanti)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Besok Diprediksi Jadi Puncak Arus Mudik Nataru ke Jogja, Exit Prambanan Jadi Perhatian
-
Mendagri: Pemerintah Hadir Penuh Tangani Bencana di Sumatera
-
Ancaman Bencana Kedua Sumatra: Saat Wabah Penyakit Mengintai di Tenda Pengungsian
-
METI: Transisi Energi Berkeadilan Tak Cukup dengan Target, Perlu Aksi Nyata
-
Kejagung Buka Kemungkinan Tersangka Baru Kasus Pemerasan Jaksa, Pimpinan Juga Bisa Terseret
-
Cuan dari Gang Sempit: Kisah PKL Malioboro yang Sukses Ternak Ratusan Tikus Mencit
-
MPR Dukung Kampung Haji, Dinilai Bikin Jemaah Lebih Tenang dan Aman Beribadah
-
KSAD Minta Media Ekspos Kerja Pemerintah Tangani Bencana Sumatra
-
Kejagung Tetapkan 3 Orang Jaksa jadi Tersangka Perkara Pemerasan Penanganan Kasus ITE
-
OTT KPK di Banten: Jaksa Diduga Peras Animator Korsel Rp2,4 M, Ancam Hukuman Berat Jika Tak Bayar