Suara.com - Mantan Menteri Agama, kini terdakwa kasus korupsi penyelenggaraan haji di Kemeterian Agama periode 2010-2011 dan 2012-2013, Suryadharma Ali, mengajukan eksepsi atau keberatan dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Senin (7/9/2015).
Dalam nota keberatan yang disampaikan di depan majelis hakim Tipikor, SDA menyebut dicampakkan oleh KPK ke dalam penjara.
“Kini saya dicampakkan untuk berada di balik jeruji besi, hidup dalam segala keterbatasan dan berbagai aturan yang tidak rasional dan konstitusional," kata SDA.
Dia juga mengatakan bahwa penetapan dirinya sebagai tersangka menjadi tragedi kelam yang menghancurkan kehidupan rumah tangganya dan karier politiknya hancur dan kehilangan jabatan menteri.
"Penetapan saya sebagai tersangka dana haji tahun 2012-2013 oleh KPK pada 22 Mei 2014, sungguh menjadi tragedi kehidupan bagi saya, istri, anak, menantu, cucu, dan semua keluarga besar saya, karier yang saya bangun kurang lebih 30 tahun hancur. Martabat saya sebagai Ketum DPP PPP dan Menag runtuh hingga di bawah garis nadir," keluh SDA.
Tidak hanya sampai di situ, kerugian negara dari kasus penyalahgunaan kuota haji dan Dana Operasional Menteri (DOM) tersebut yang dsebut KPK mencapai 1,8 triliun rupiah membuat dirinya merasa terhempas.
Dia pun mengklaim kalau aksi isolasi yang dilakukan oleh KPK kepada dirinya selama seminggu membuat kemerdekaannya dirampas.
"Singkat kata kemerdekaan saya dirampas yang katanya atas nama Tuhan. Saya diisolasi dalam kamar terkunci selama 7x24 jam, pembatasan kiriman makanan dari keluarga. Sebagai tersangka saya terhempas, saya terhina apalagi kerugian disebutkan saudara Johan Budi lebih dari 1 triliun rupiah," tutup SDA.
Untuk diketahui, Jaksa Penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa SDA sudah merugikan keuangan negara sebesar Rp 27,283 miliar dan 17,967 juta riyal.Dia disebut melakukan korupsi dana penyelenggaraan ibadah haji dan penggunaan dana operasional menteri (DOM).
Dalam sidang Senin (31/8/2015), mantan Ketua Umum PPP itu didakwa menggunakan DOM hingga Rp1,821 miliar untuk kepentingan pribadi yang tidak sesuai dengan asas dan tujuan penggunaan DOM.
"Pengeluaran DOM sejumlah Rp 1,821 miliar untuk kepentingan terdakwa tersebut tidak sesuai dengan asas dan tujuan penggunaan DOM," kata jaksa penuntut umum KPK Supardi di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (31/8/2015).
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Jurnalisme Masa Depan: Kolaborasi Manusia dan Mesin di Workshop Google AI
-
Suara.com Raih Top Media of The Year 2025 di Seedbacklink Summit
-
147 Ribu Aparat dan Banser Amankan Misa Malam Natal 2025
-
Pratikno di Gereja Katedral Jakarta: Suka Cita Natal Tak akan Berpaling dari Duka Sumatra
-
Kunjungi Gereja-Gereja di Malam Natal, Pramono Anung: Saya Gubernur Semua Agama
-
Pesan Menko Polkam di Malam Natal Katedral: Mari Doakan Korban Bencana Sumatra
-
Syahdu Misa Natal Katedral Jakarta: 10 Ribu Umat Padati Gereja, Panjatkan Doa untuk Sumatra
-
Melanggar Aturan Kehutanan, Perusahaan Tambang Ini Harus Bayar Denda Rp1,2 Triliun
-
Waspadai Ucapan Natal Palsu, BNI Imbau Nasabah Tidak Sembarangan Klik Tautan
-
Bertahan di Tengah Bencana: Apa yang Bisa Dimakan dari Jadup Rp 10 Ribu Sehari?