Suara.com - Seorang lelaki asal Florida, Amerika Serikat, ditangkap dan dituduh merencanakan serangan bom di sebuah acara peringatan serangan 11 September 2001 di Kansas City, Missouri. Lelaki tersebut dituding berencana meledakkan sebuah bom panci bertekanan tinggi.
Joshua Ryne Goldberg, (20), ditangkap atas tuduhan menyebarkan informasi terkait bahan peledak, alat penghancur, dan senjata pemusnah massal, demikian disampaikan Departemen Kehakiman AS, hari Kamis (10/9/2015). Penangkapannya diumumkan sehari sebelum peringatan 14 tahun serangan yang mengguncang Amerika Serikat itu.
Jika dinyatakan bersalah, Joshua bisa dikenakan hukuman penjara maksimal 20 tahun di penjara federal.
Dalam berkas kasusnya, Joshua disebut mengirimkan informasi kepada seorang informan FBI yang menyamar tentang bagaimana cara membuat sebuah bom. Joshua meminta si informasn membuat sebuah bom panci tekanan tinggi dan mengisinya dengan paku, potongan logam, serta benda-benda lain yang dilumuri racun tikus.
Ketika si informan mengatakan bahwa dirinya tinggal dekat Kansas City, Joshua menyuruhnya untuk meletakkan bom di sebuah acara peringatan 14 tahun serangan 11 September.
Dalam dokumen tersebut, Joshua juga disebut bertanggung jawab atas penyebaran berita bohong serta mengambil alih identitas orang lain di dunia maya. Dikatakan pula, seorang saksi asal Australia menyebut Joshua sebagai "provokator online" yang punya banyak kedok.
Komputer yang dipakai Joshua lewat kediaman ibunya juga dijadikan barang bukti kasus ini. Pasalnya, alamat IP yang dipakai Joshua sesuai dengan email dan akun Twitter yang dipakai Joshua untuk berkomunikasi dengan sang informan.
Dalam salah satu percakapan Twitter, sang informan FBI menyinggung soal rencana melakukan serangan. Joshua, yang menggunakan akun AusWitness menjawab,"Itu terdengar bagus. Apa yang kau pikirkan? Apakah kau sudah memiliki bom?"
Kemudian akun AusSecret, yang juga diduga dikendalikan Joshua, mengirimkan pedoman membuat bom dan menyarankan si informan mengebom Kansas City. (Reuters)
Berita Terkait
-
Cara Menyelamatkan Diri dari Serangan Bom Molotov di Tengah Aksi Massa
-
Kim Kardashian Dihujat Tak Punya Empati Usai Dandani Anak Mirip Korban Serangan Bom Israel Saat Pesta Halloween
-
3 Teori Konspirasi Serangan 11 September: Deep State hingga Penabrak WTC Bukan Pesawat Penumpang
-
Sejarah Hari Radio Nasional 11 September, Dimulai dari Zaman Jepang
-
Polisi Ungkap Fakta Baru Dugaan Serangan Bom Dekat Rumah Jurnalis Papua
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri