Suara.com - Diskriminasi yang diterima para waria tidak hanya terjadi ketika mereka memutuskan untuk mengubah statusnya menjadi perempuan. Saat lansia bahkan ketika ajal tiba, para waria ini pun seakan tidak habis-habisnya mendapatkan perlakuan yang tak adil.
Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Rettoblaut SH, MH., yang akrab disapa Mami Yuli mengatakan, tidaknya adanya pengakuan secara sah di mata hukum terhadap status mereka menjadi alasan adanya diskriminasi ini.
"Kami dianggap sampah dan dipandang sebelah mata. Padahal sebagai warga negara, kami berhak mendapatkan perlakuan yang wajar seperti masyarakat lainnya," ujarnya pada temu media di Jakarta, Rabu (6/1/2016).
Meski masih mendapat uluran tangan dari pemerintah, pemberdayaan diakui Mami Yuli, lebih difokuskan pada waria usia produktif. Padahal, lanjut dia, jumlah waria yang memasuki usia lanjut usia tidak bisa dibilang sedikit.
"Waria itu umumnya ditolak oleh keluarganya. Akibatnya ketika sudah lansia mereka tidak bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Apalagi raga sudah tidak mampu untuk bekerja sebagaimana ketika masih usia produktif," imbuhnya.
Belum lagi ketika meninggal, tambah Mami Yuli, banyak waria yang dikuburkan secara massal karena adanya penolakan dari keluarganya.
"Kendala ketika sakit atau meninggal akan jadi masalah. Misalnya ketika waria meninggal maka biasanya akan diserahkan ke polisi dan dikuburkan massal karena mereka nggak punya identitas atau nggak diterima oleh keluarganya. Padahal kami ini sama-sama manusia lho," ungkapnya prihatin.
Mewakili kaum waria lainnya, Mami Yuli pun berharap diskriminasi yang dialamatkan kepada kelompoknya bisa berakhir. Ia pun memilih untuk memutus rantai diskriminasi dengan menunjukkan prestasi meski menyandang predikat waria.
"Saya juga mengimbau kepada waria muda lainnya, bahwa pendidikan itu penting. Apalagi image waria kan pendidikannya rendah. Kita coba ubah image itu. Pendidikan nomor 1 dan berprestasi agar tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat," tutupnya bersemangat.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Malam Tahun Baru 2026 Jalur Puncak Berlaku Car Free Night, Cek Jadwal Penyekatannya di Sini
-
Rilis Akhir Tahun 2025 Polda Riau: Kejahatan Anjlok, Perang Lawan Perusak Lingkungan Makin Sengit
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!