Suara.com - Tsai Ingwen dari partai oposisi utama Taiwan akan menjadi perempuan pertama presiden di pulau itu dalam kemenangan telak atas Kuomintang (KMT), yang berkuasa, Sabtu (16/1/2016), ketika pemilih meninggalkan dukungan mereka terhadap hubungan lebih erat dengan Cina.
Calon dari KMT, Eric Chu, mengakui kekalahan itu, yang membawa bencana bagi partai tersebut, yang terlihat dari banyak orang menangis di markas partai itu di Taipei.
Penghitungan suara berlanjut tapi siaran langsung televisi dari tempat penghitungan suara menunjukkan Tsai dari Partai Demokratik Progresif (DPP) meraih kemenangan telak bersejarah, dengan jumlah suara sekitar 60 persen jika dibandingkan dengan 30 persen untuk Chu.
Perolehan itu akan menjadi kemenangan terbesar di antara setiap presiden di Taiwan, dengan rekor sebelumnya adalah 58,45 persen untuk presiden KMT saat Ma Yingjeou pada 2008.
"Maaf ... Kami kehilangan. KMT kalah dalam pemilihan umum. Kami belum bekerja cukup keras dan kami gagal mencapai harapan pemilih," kata calon dari KMT Eric Chu merujuk pada banyak orang menangis di markas partai itu di Taipei.
Chu juga mengatakan KMT telah kehilangan mayoritas posisi di parlemen, ini adalah pertama kalinya kehilangan kontrol atas legislatif di pulau itu.
"Ini merupakan perubahan drastis yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk KMT," katanya.
Dukungan untuk Tsai telah melonjak ketika pemilih menjadi semakin gelisah tentang kesepakatan baru-baru ini dengan Cina di bawah kepemimpinan Ma, yang harus mundur setelah memimpin maksimal dua periode.
Ketika ekonomi stagnan, banyak orang merasa kecewa bahwa perjanjian perdagangan yang ditandatangani dengan daratan telah gagal untuk memberikan keuntungan seperti biasanya bagi Taiwan.
DPP memiliki pendekatan yang lebih hati-hati dengan Tiongkok, meskipun Tsai telah berulang kali mengatakan dia ingin mempertahankan "status quo".
"Kami ingin mengucapkan selamat bagi kemenangan DPP, ini adalah amanat rakyat Taiwan," kata Chu.
Dia membungkuk sebagai tanda permintaan maaf dan menyatakan pengunduran dirinya sebagai ketua partai.
Hubungan Banyak orang yang bergembira berkumpul di markas DPP di Taipei, di mana Tsai kemudian berbicara, Sabtu (16/1/2016).
Pedagang menjual segala sesuatu mulai dari cangkir hingga gantungan kunci dengan gambar Tsai.
Satu kelompok kecil mengangkat spanduk dan mengatakan, "Taiwan bukan bagian dari Cina. Dukung kemerdekaan Taiwan." "Cina tidak memiliki hak mengklaim Taiwan dan kami ingin mengatakan ini kepada dunia," kata salah satu anggota kelompok, Angela Shi, yang kembali dari San Francisco untuk memilih.
Tsai bertindak hati-hati terkait strateginya terhadap Tiongkok, tapi DPP secara tradisional merupakan partai pro-kemerdekaan dan lawan mengatakan Tsai akan mengacaukan hubungan.
Ma mengawasi persetujuan dramatis dengan Cina sejak berkuasa pada 2008.
Meskipun Taiwan berkuasa sendiri setelah berpisah dari Cina sesudah perang sipil pada 1949, tidak pernah menyatakan kemerdekaan dan Beijing masih melihatnya sebagai bagian dari wilayahnya yang menunggu penyatuan kembali.
Hal itu memuncak dalam pertemuan puncak antara Ma dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada November.
Namun, meski lebih dari 20 perjanjian dan sebuah ledakan wisatawan, hubungan yang lebih erat telah memperburuk kekhawatiran bahwa Tiongkok mengikis kedaulatan Taiwan dengan membuatnya bergantung secara ekonomi.
Gaji rendah dan harga perumahan yang tinggi juga mengganggu pemilih.
Beijing telah memperingatkan tidak akan berurusan dengan pemimpin yang tidak mengakui prinsip "satu Tiongkok", bagian dari perjanjian diam-diam antara Beijing dan KMT yang dikenal sebagai "konsensus 1992".
DPP tidak pernah mengakui konsensus.
Para pengamat mengatakan tidak mungkin Tsai akan melakukan apapun untuk mendesak Beijing jika dia menang.
Pengulas juga setuju tidak akan ada reaksi segera dari Tiongkok, seperti mengasingkan Taiwan akan mencoba melawan tujuan utama Beijing untuk penyatuan ulang.
Dalam peristiwa lintas-selat baru-baru ini, nasib seorang remaja bintang K-pop asal Taiwan mendominasi liputan berita lokal, dengan calon presiden digambarkan dalam kemelut.
Chou Tzuyu (16), seorang remaja anggota grup TWICE yang berbasis di Korea Selatan, terpaksa meminta maaf setelah memicu kritik dalam jaringan di Tiongkok untuk melambaikan bendera resmi Taiwan dalam siaran internet baru-baru ini.
Video penyelasan dirinya menyebar dengan cepat dalam beberapa jam, dengan Tsai, Chu, dan presiden Ma masuk ke dalam pembelaannya, Sabtu, dan menuntut jawaban dari Tiongkok dan Korea Selatan atas perlakuannya. (Antara)
BERITA MENARIK LAINNYA:
Pengamat: Negara Wajib Mengusir WNI/WNA Radikal dari Indonesia
Putera Menteri Susi Pudjiastuti Meninggal Dunia di AS
Resmikan Masjid, Ahok: Saya Kecewa
Unik, Spanduk Lawan Terorisme Terbentang Dalam Laut Situbondo
Berita Terkait
-
Apa Efek Samping Asam Benzoat dalam Makanan? Viral Basreng Indonesia Ditahan di Taiwan
-
Skandal! Buat KO Lawan dalam 94 Detik, Petinju Wanita Taiwan Dituding Laki-laki
-
Dorong PMI Jadi Wirausaha Tangguh, Mandiri Sahabatku Hadir di Taiwan
-
BPOM Respons Temuan Indomie di Taiwan Mengandung Etilen Oksida, Produk Masih Aman di Indonesia?
-
Tidak Kalah di FIFA Matchday, Ranking FIFA Timnas Indonesia Justru Anjlok
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Melejit di Puncak Survei Cawapres, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tertarik Politik
-
Korupsi CPO: Pengacara 3 Raksasa Sawit Minta Dibebaskan, Gugat Dakwaan Jaksa
-
Kapolda Metro Jaya Perintahkan Propam Tindak Polisi Pelaku Catcalling di Kebayoran Baru
-
Hujan Deras Bikin Jakarta Macet Parah, Dirlantas Polda Metro Turun Langsung ke Pancoran
-
Pulangkan 26 WNI Korban Online Scam di Myanmar, Menteri P2MI: Jangan Tergiur Tawaran Kerja Ilegal
-
OC Kaligis Sebut Sidang Sengketa PT WKM dan PT Position Penuh Rekayasa, Ini Alasannya
-
Jerat Utang Whoosh: DPD Peringatkan PT KAI di Ambang Krisis, Kualitas Layanan Terancam Anjlok
-
Biaya Haji Tahun 2026 Ditetapkan Rp87 Juta, Wamenhaj: Harusnya Naik Rp2,7 Juta
-
Jejak Pemerasan Rp53 M di Kemnaker: KPK Geledah Rumah Eks Sekjen Heri Sudarmanto, 1 Mobil Disita
-
Presiden Prabowo Panggil Dasco Mendadak Tadi Pagi, Bahas Apa?