Suara.com - Perunding pemberontak memuji pembicaraan dengan pemerintah Myanmar, Sabtu (16/1/2016), setelah pembicaraan berlangsung selama lima hari. Tapi kelompok pemberontak mengatakan masalah sebenarnya dalam mewujudkan perdamaian bertumpu pada pemerintahan Aung San Suu Kyi mendatang.
Perundingan berlangsung lancar untuk mengakhiri perang berlarut-larut dari berbagai suku kecil Myanmar dengan negara sedang dilakukan oleh pemerintah saat ini, yang menggantikan rezim juntan militer yang berkuasa pada tahun 2011.
Tapi, tugas sulit mengupayakan perdamaian akan diserahkan kepada pemerintah baru, yang dipimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi, yang memerintah pada akhir tahun ini setelah kemenangan bersejarah dalam pemilihan umum pada November.
"Perundingan perdamaian itu seperti yayasan untuk pertemuan perdamaian mendatang," kata Kolonel Khun Okkar, yang juga kepala Badan Pembebasan Nasional Pa-O (PNLO), kelompok suku pemberontak di negara bagian Shan.
"Pemerintah selanjutnya akan memimpin pembicaraan perdamaian yang sesungguhnya," katanya.
Perwakilan dari unsur suku bersenjata, pemerintah dan tentara, pada pekan ini setuju menyimpulkan upaya perdamaian dalam lima tahun ke depan, kata Aung Min, menteri yang memfasilitasi pertemuan itu.
Menjelang pemilihan umum pada November, pengulas memperkirakan Suu Kyi (70) akan berjuang untuk merebut dukungan di antara pemilih asal kelompok kecil karena warisan suku Bamarnya.
Tapi, partainya meraih mayoritas kursi terpilih di seluruh negeri, bahkan mengalahkan beberapa partai etnis di daerah mereka di wilayah perbatasan.
Pada pembukaan pembicaraan damai pada Selasa, Suu Kyi berjanji bahwa perdamaian adalah prioritas pemerintahannya, mengutip "mandat yang diberikan kepada kita oleh orang-orang dan etnis minoritas".
Setelah pembicaraan pada Sabtu, Salai Lian Mone Ar Khaung, seorang perwakilan dari kelompok etnis pemberontak Front Nasional Chin, mengatakan dia berharap bahwa NLD akan mengerti keinginan rakyatnya untuk otonomi yang lebih besar.
"Pemerintah baru datang dari hati rakyat dan diyakini bahwa mereka mencintai demokrasi," katanya, "Jadi saya sangat berharap mereka akan mendengar keinginan rakyat yang haus akan perdamaian." Namun, hambatan yang signifikan masih terbentang di depan, dengan beberapa tentara etnis utama memboikot pembicaraan dan menolak untuk menandatangani gencatan senjata pada Oktober.
Tantangan lain yang penting ke depan adalah hubungan yang tegang antara Suu Kyi dengan bangsa yang masih sangat dikuasai militer, yang memegang kunci untuk mengamankan perdamaian abadi.
Perwakilan militer Myanmar berjanji pada Sabtu untuk bekerja sama dengan pemerintahan berikutnya ketika perundingan terus berlanjut.
"Tatmadaw (militer Myanmar) akan membantu pemerintah agar berhasil dalam proses perdamaian," Khin Zaw Oo, mantan letnan jenderal kepada wartawan, "Pemerintah akan segera berubah namun proses perdamaian tidak akan berhenti." (Antara)
Berita Terkait
-
Pulangkan 26 WNI Korban Online Scam di Myanmar, Menteri P2MI: Jangan Tergiur Tawaran Kerja Ilegal
-
Mengapa Myanmar dan Kamboja Bukan Negara Tujuan Kerja yang Aman? Ini Penjelasan Pemerintah
-
Wawancara Eksklusif: Kudeta Myanmar dan Perjuangan Jurnalis Bertahan
-
Pastikan Transparansi Pemilu di Myanmar, Prabowo Dorong ASEAN Ambil Langkah Berani Ini
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
Terkini
-
Penyelidikan Hampir Setahun, KPK Klaim Masih Cari Peristiwa Pidana dalam Kasus Pengadaan Whoosh
-
Terungkap! Ternyata Ini Peran Eks Sekjen Kemnaker dalam Perkara Pemerasan Calon TKA
-
Prabowo Singgung Mafia dalam Pemerintahan, Apa Maksudnya?
-
Sidang Panas MNC vs CMNP: Hotman Paris Bantah Saksi Lawan, Kesaksiannya Cuma 'Katanya-Katanya'!
-
Kemenko PM Gandeng Pemda Atur Izin Ritel, Jaga Warung Madura dan Toko Kelontong Tetap Hidup
-
Ritel Besar vs Warung Kecil: Kemenko PM Siapkan Aturan Main Baru Biar UMKM Nggak Tumbang!
-
Air Mati Akhir Pekan: Ini Daftar Wilayah Jakarta yang Akan Terdampak Gangguan Suplai PAM Jaya!
-
Melejit di Puncak Survei Cawapres, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tertarik Politik
-
Korupsi CPO: Pengacara 3 Raksasa Sawit Minta Dibebaskan, Gugat Dakwaan Jaksa
-
Kapolda Metro Jaya Perintahkan Propam Tindak Polisi Pelaku Catcalling di Kebayoran Baru