Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan bahwa ketimpangan atau kesenjangan tingkat pendapatan di dalam masyarakat lebih berbahaya daripada persoalan melambatnya pertumbuhan perekonomian.
"Masalah sosial juga ada hubungannya dengan kondisi ekonomi, yaitu ketimpangan yang harus diperbaiki," kata Jusuf Kalla (JK) saat menjadi pembicara dalam acara News Forum Redaksi Indonesia 2016: Challenges and Opportunities di MNC News Center di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Banyak negara lebih menghadapi masalah lebih karena ketimpangannya yang melonjak dibandingkan dengan masalah melambatnya pertumbuhan. Wapres juga mengingatkan bahwa media massa dapat mengubah gaya hidup banyak orang.
Seperti kalau tayangan sinetron hanya menampilkan kondisi rumah mewah dan hidup glamor secara terus-menerus. Maka masyarakat lama kelamaan juga bisa melupakan masalah sosial seperti persoalan kekumuhan di banyak daerah.
"Apa akibatnya, terjadi kesenjangan yang lebih berbahaya daripada masalah pertumbuhan itu sendiri," katanya.
Kalla juga mengingatkan bahwa "gini ratio" atau nilai ketimpangan di suatu wilayah-negara di Indonesia sekitar 0,41-0,43. Padahal "Arab Spring" (revolusi di Timur Tengah) terjadi saat "gini ratio" kawasan tersebut ada di kisaran 0,45.
Terkait dengan masalah perekonomian global, Wapres menyatakan bahwa yang efek melemahnya ekonomi global memberikan dampak yang berbeda-beda, seperti yang terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera berbeda dengan efek di Jawa.
Sedangkan akibatnya secara nasional, ujar dia, membuat pertumbuhan nasional menjadi melemah serta tidak mencapai target.
Sedangkan terkait dengan harga minyak mentah dunia yang terus menurun, Wapres menyatakan bahwa hal itu juga berdampak seperti anggaran Arab Saudi yang menderita defisit anggaran hingga sekitar 20 persen per tahun.
"Kalau lima tahun seperti ini bisa bangkrut," katanya.
JK menganalisis bahwa penurunan harga minyak terjadi karena sebelumnya OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak) pernah berupaya membatasi produksi minyak agar harga naik, tetapi akibatnya negara-negara anggota OPEC kehilangan "market share" (ceruk pasar).
"Ditambah dengan ISIS dan Irak menjual minyak murah untuk kebutuhan perang mereka," kata Jusuf Kalla.
Bagi Indonesia, lanjutnya, harga minyak yang terus menurun juga berdampak kepada berkurangnya beban subsidi di anggaran negara, tetapi hal itu juga dinilai membuat pendapatan negara juga menurun.
Kalla juga memaparkan ada empat permasalahan di bidang perekonomian yang dihadapi secara nasional, yaitu di sektor finansial atau keuangan, infrastruktur-logistik, birokrasi, dan energi.
JK berpendapat, kelemahan itu seperti di sektor keuangan bukan karena banyaknya bank, tetapi lebih karena persaingan yang tinggi sehingga mengakibatkan bunga juga berpotensi tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Ada HUT ke-80 TNI dan Dihadiri Prabowo, Tugu Monas Ditutup Sementara untuk Wisatawan Besok
-
Pemprov Sumut Kolaborasi Menuju Zero ODOL 2027
-
Mardiono Yakin SK Kepengurusan PPP di Bawah Pimpinannya Tak Akan Digugat, Kubu Agus: Bisa kalau...
-
Masa Tunggu Haji Diusulkan Jadi 26,4 Tahun untuk Seluruh Wilayah Indonesia
-
Prabowo Bakal Hadiri HUT ke-80 TNI, Monas Ditutup untuk Wisatawan Minggu Besok
-
Tembus 187 Kasus, Kecelakaan Kereta di Daop 1 Jakarta Terbanyak Melibatkan Orang!
-
Gelagapan Baca UUD 45, Ekspresi Wakil Ketua DPRD Pasangkayu Disorot: Yang Dibaca Pancasila?
-
"Segel Tambang, Bukan Wisata Alam": Warga Puncak Sampaikan Protes ke Menteri LH
-
Pengurus PWI Pusat 2025-2030 Resmi Dikukuhkan, Meutya Hafid Titip Pesan Ini
-
Mardiono Terbuka Merangkul Kubu Agus Suparmanto: Belum Ada Komunikasi, Belum Lihat Utuh SK Kemenkum