-
Airlangga belum bertemu Gubernur BI bahas pelemahan Rupiah.
-
Rupiah sempat melemah hingga Rp16.800 per dolar AS.
-
Pemerintah fokus pada stabilisasi ekonomi dan nilai tukar.
Suara.com - Upaya pemerintah menulis kembali buku sejarah nasional terkait G30S mendapat kritik keras dari sejarawan, Asvi Warman Adam.
Ia menilai, langkah tersebut sebagai sebuah “kemunduran” karena kembali memaksakan narasi tunggal Orde Baru, terutama dalam penggunaan istilah “G30S/PKI”.
“Ini merupakan tamparan atau kritik bagi buku yang sekarang sedang disusun oleh Kementerian Kebudayaan,” tegas Asvi dalam talkshow diskusi buku “Trilogi Refleksi 60 Tahun G30S”.
Asvi menjelaskan bahwa dunia akademik dan penulisan sejarah pasca-reformasi sebenarnya telah bergerak maju.
Ia merujuk pada buku pelajaran yang terbit tahun 2012, bahkan hingga tahun lalu, sudah tidak lagi menggunakan embel-embel “/PKI”.
Bahkan, memperkenalkan siswa pada tujuh versi berbeda mengenai peristiwa G30S untuk mendorong pemikiran kritis.
“Nah, sekarang kembali lagi ke versi tunggal. Saya tidak tahu apakah ini perintah siapa, kok mundurnya kebangetan,” ujarnya dengan nada heran, mempertanyakan kebijakan baru tersebut.
Pandangan yang serupa juga diujarkan oleh Kepala Desk Budaya Harian Kompas, Muhammad Hilmi Faiq.
Menurutnya, sejarah tunggal yang dipaksakan pemerintah selama lebih dari 30 tahun ibarat memungut serpihan cermin yang pecah secara selektif.
Baca Juga: Arsitektur Sunyi 'Kremlin', Ruang Siksa Rahasia Orba yang Sengaja Dilupakan
“Sejarah itu seperti cermin yang kemudian di hadapan kita, cermin itu pecah. Pemerintah kemudian mengambil serpihan-serpihan cermin itu yang berderai, yang kira-kira menghasilkan gambar sesuai dengan yang mereka inginkan. Sementara serpihan-serpihan lain yang merugikan itu dianggap tidak ada,” jelas Faiq, di Gedung Kompas Gramedia.
Menurut Asvi, karya-karya alternatif seperti novel sejarah, Eks Duta Besar RI untuk Yusron Ihza Mahendra, menjadi penting sebagai penyeimbang.
Kehadirannya seolah menjadi “antitesis” dari upaya penyeragaman sejarah yang kembali dilakukan oleh negara.
“Ini akan membantu bagi generasi muda yang sekarang tampaknya bisa menikmati karya sastra,” tambahnya, Selasa (30/9/2025).
Meski demikian, iklim ketakutan masih membayangi peredaran buku-buku kritis.
Bahkan, Asvi berkelakar bahwa karya sastra cenderung lebih aman dari ancaman penyitaan karena sifatnya yang tidak langsung.
Berita Terkait
-
'Jakarta Is Coming', Teror Kode di Dinding Jalanan Chile Jelang Kudeta Berdarah
-
Sejarah Nepal: Dari Kerajaan Kuno Hingga Republik Modern
-
Warga Jakarta Telantarkan Jenazah Pejabat Pajak di Pinggir Jalan, Tolak Gotong ke Makam
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Sejarah Gaji DPR RI: Dari Terikat Presensi Kehadiran Hingga Tunjangan Ratusan Juta
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa