Suara.com - Organisasi Profesi, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menilai pelarangan dan penyitaan benca-benda yang dituduh berbau paham komunis oleh polisi adalah hal lucu.
Baru-baru ini terjadi penyitaan buku di berbagai daerah yang diduga menyebarkan paham Komunis. Misalnya di Ternate, tentara dari Kodim 1501 menyita enam buku yang dianggap berbau paham komunis dan juga tujuh buku yang diduga berisi ajaran komunisme dari Toko Swalayan di Grobogan, Jawa Tengah.
Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Arfi Bambang Amri menilai ini masyarakat sudah pintar dalam mencari informasi di internet. Sehingga bisa mencari klarifikasi dengan mandiri.
"Ini tindakan yang lucu bagi aparat negara untuk menutup nutupi informasi terkait penyitaan buku, karena kita sudah hidup di era digital jadi orang bisa akses informasi dapatkan buku mendapatkan pengetahuan karena internet," ujar Arfi di Kantor LBH, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Arfi juga menilai pelarangan pemutaran Film 'Pulau Buru Tanah Air Beta' oleh kepolisian dan ormas radikal di kantor AJI Yogyakarta tidak perlu dilakukan.
"Ini tindakan lucu aparat yang melarang orang menonton. Orang bisa saja nonton di mana saja, bisa mendapatkan dari Youtube atau lainnya," ucapnya.
Lebih lanjut dirinya mengganggap dengan adanya pelarangan baik pemutaran film dan penyitaan Buku, merupakan promosi bagi sebuah film dan buku tersebut.
"Apa yang aparat lakukan yang mengatasi orang membatasi buku nonton film itu justru efek bagus bagi kampanye buku dan film. Orang pasti akan penasaran dengan pelarangan film dan buku-buku yang disita," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK