Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat, Jenderal Purnawirawan Wiranto setuju dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Sebelumnya, Tjahjo mengatakan bahwa kehadiran dana dari negara untuk Partai Politik dapat mengurangi tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh politisi.
"Itu ada betulnya, mengapa? Karena parpol organisasi sangat luas. Jaringan se-Indonesia dan organisasi itu butuh dana kalau tidak ada atau terbatas maka akan meminta iuran dari anggota," kata Wiranto usai menyerahkan laporan harta kekayaannya di gedung KPK, jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (7/10/2016).
Pasalnya kata Mantan Menteri Pertahanan Tahun 1998-1999 tersebut, apabila tidak ada dana dari negara, maka parpol akan mendapatkannya dari iuran para anggota. Dan untuk mendapatkan dana tersebut, para kader parpol bisa saja mengambil dana yang sumbernya tidak jelas dan itu bisa saja diambil dari uang negara tanpa izin.
"Uang nggota dari mana? Tentu mereka mencari dana yang bisa digerus dan apabila setan lewat akan menggerus dana negara. Tapi kalau sudah cukup di organisasi otomatis tidak ada lagi kepentingan tertentu," katanya.
Oleh karena itu, dia menyarankan kepada partai politik agar terbuka diri terhadap audit yang rencananya akan dilakukan oleh KPK. Pasalnya, sudah ada dana negara yang masuk ke Parpol.
"Harus ada audit KPK, justru harus. Itu untuk mendapatkan dana negara, harus siap diaudit,"kata Wiranto.
Untuk diketahui, belum diketahui apakah ada penambahan dana bagi parpol pada masa berikutnya oleh pemerintah. Pasalnya, hal itu harus diputuskan bersama dengan DPR.
Tetapi entah tetap atau naik nanti dana untuk parpol tersebut, Tjahjo menilai, bantuan tersebut akan bermanfaat untuk mengurangi tindakan korupsi. Karena dari hasil diskusi antara dirinya dengan KPK dan BPK, indikasi korupsi disebabkan karena biaya politik yang terbilang mahal.
"Perlu anggaran supaya tidak terjadi indikasi korupsi dengan dalih uang hibah, uang ini, uang itu. Tapi fungsi kontrolnya nanti akan diperkuat," kata Tjahjo di Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Tjahjo mengatakan, jika bantuan sudah diputuskan, dia menganggap fungsi kontrol dan pengawasan akan ditingkatkan. Maka itu, pengawasan bisa melibatkan semua kalangan masyarakat termasuk organisasi antikorupsi.
"Ini masing-masing partai punya kebijakan, punya anggaran dasar anggaran rumah tangga. Sama, ini ada partai yang masuk anggaran dasarnya sistem pemilu harus terbuka, tapi dia luwes," kata Tjahjo.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
Terkini
-
Legislator PKB Dukung PPPK Jadi PNS, Ini Alasan Kesejahteraan dan Karier di Baliknya
-
KPK dan BPK Akan Sidak SPBU di Jawa! Ada Apa dengan Mesin EDC Pertamina?
-
Guru Madrasah Demo di Jakarta, Teriak Minta Jadi PNS, Bisakah PPPK Diangkat Jadi ASN?
-
Minta Diangkat Jadi ASN, Guru Madrasah Kepung Monas: Kalau Presiden Berkenan Selesai Semua Urusan
-
Viral Sarung Motif Kristen Pertama di Dunia, Ini Sosok di Baliknya
-
Di Tengah Konsolidasi, Said Iqbal Ingatkan Pemerintah Tidak Menguji Nyali Kaum Buruh!
-
Kuota Haji Jadi Bancakan Travel Nakal? KPK Sita Uang Asing dari Penyelenggara
-
M Bloc Space Comeback: Sekarang Wajahnya Beda, Energinya Juga Lebih Seru!
-
Apa itu Prabowonomics? Viral usai Jadi Jihad Budiman Sudjatmiko
-
Geger Kereta Cepat Whoosh: Dugaan Konspirasi Jahat Disebut Bikin Negara Tekor Rp75 Triliun