Suara.com - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono menjelaskan detik-detik demonstrasi di depan Istana Merdeka pada Jumat (4/11/2016) lalu yang berujung bentrokan fisik antara beberapa demonstran dan aparat keamanan.
"Setelah salat Jumat, mereka berbondong-bondong menuju Istana. Sudah mulai berdatangan sekitar pukul 11.00 WIB, " kata Awi di Polda Metro Jaya, Senin (7/11/2016).
Sebelum massa longmarch dari Masjid Istiqlal ke Istana Merdeka, aparat kepolisian dan tentara sudah siaga.
Pada pukul, 13.50 WIB, muncul sikap anarkis yang pertama dari arah massa ormas Islam. Beberapa orang terlihat melemparkan benda-benda keras ke arah polisi
Untuk meredam emosi massa, polisi dan tentara menyampaikan bacaan asmaul husna.
Pada pukul 14.41 WIB, di depan Istana Merdeka, polisi kembali dilempari botol air mineral oleh demonstran. Bahkan, sebagian massa berusaha mendekati polisi dengan cara merusak kawat berduri.
"Massa lempar lagi kedua kali. Terus polisi adzan dan ajak salat Ashar," kata dia.
Polisi kembali meredam ketegangan dengan cara-cara persuasif.
Demonstran yang berada di barisan depan kembali melempari polisi pada pukul 15.47 WIB.
Sekitar pukul 15.58 WIB, beberapa perwakilan ormas Islam dikawal Kapolda Metro Jaya Inspektur M. Iriawan dan Pangdam Jaya Mayor Jenderal Teddy Lhaksmana untuk masuk ke Istana dan diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri.
"Perwakilan minta masuk. Kita anter sampai depan Istana," kata dia.
Demonstrasi seharusnya sudah selesai jam 18.00 WIB karena undang-undang menyatakan demikian. Tetapi ternyata tidak dituruti.
Pada pukul 18.14 WIB, menurut pamantauan CCTV di sisi barat, justru terlihat sejumlah demonstran mengoleskan pasta gigi di sekitaran mata yang menandakan mereka siap-siap jika nanti polisi memakai gas air mata.
"Pada 18.14 WIB massa oles pasta gigi. Mereka persiapan kalau akan rusuh," katanya.
Menurut pemantauan CCTV, sebagian sebagian demonstran terlihat menghalangi massa yang lain yang ingin menyerang anggota polisi.
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi Akui Marketnya Makin Luas Gara-Gara Sering Ngonten, Mau Nyapres?
-
Jatuh Bangun Nasib Ridwan Kamil: Gagal di Jakarta, Kini Terseret Isu Korupsi dan Perselingkuhan
-
Tim RIDO Laporkan KPU ke DKPP dan Minta Pemungutan Suara Ulang, Anies: No Comment!
-
Pilkada DKI: El Rumi Pilih Dharma-Kun, Soroti Masalah Kabel Listrik
-
Cak Lontong 'Ronda' Amankan Suara Pramono-Rano di Masa Tenang Pilkada
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu
-
Misi Penyelamatan Pekerja Tambang Freeport Berlanjut, Ini Kabar Terbarunya
-
Buntut Aksi Pemukulan Siswa ke Guru, Dikeluarkan Sekolah dan Ayah yang Polisi Terancam Sanksi
-
Perkuat Pertahanan Laut Indonesia, PLN dan TNI AL Jalin Kolaborasi
-
Korban Pemerkosaan Massal '98 Gugat Fadli Zon: Trauma dan Ketakutan di Balik Penyangkalan Sejarah
-
Pengamat: Dasco Punya Potensi Ubah Wajah DPR Jadi Lebih 'Ramah Gen Z'
-
Cuma Minta Maaf Usai Ditemukan Polisi, Kejanggalan di Balik Hilangnya Bima Permana Putra