Suara.com - Mantan juru bicara kepresidenan, Wimar Witoelar, berpendapat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton lebih mampu memberikan dampak yang baik bagi hubungan Indonesia-AS dibandingkan pesaingnya dari Partai Republik, Donald Trump.
"Implikasi yang paling baik (bagi Indonesia) adalah Hillary Clinton, karena Donald Trump tidak berpengalaman secara politik," kata Wimar ketika ditemui di Jambi, Senin (7/11/2016).
Mantan juru bicara kepresidenan era Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid tersebut menjelaskan sosok Hillary lebih siap dan berpengalaman secara politik, karena pernah menjadi ibu negara, senator, dan menteri luar negeri di AS.
Selain aspek tersebut, Wimar juga menilai Hillary lebih baik karena pesaingnya, yaitu Donald Trump, hanya merupakan sosok yang mengandalkan popularitasnya sebagai selebriti dan konglomerat.
Program yang ditawarkan Trump dipandang hanya menyentuh kalangan tertentu di AS, yaitu masyarakat kulit putih berpendidikan rendah dan mereka yang merasa ketinggalan pada kemajuan industri, teknologi, dan globalisasi.
"Sehingga mereka yang terpepet dengan pendatang dan anti-pluralisme berlindung di balik Trump yang berkenan di hati mereka karena akan menciptakan AS yang didominasi orang kulit putih, anti-Islam, anti-imigran, anti-Meksiko, dan karena itu mereka bangkit mendukung," kata Wimar.
Di samping itu, program-program utama yang dikampanyekan oleh Trump dapat berimplikasi kurang baik bagi Indonesia sebagai negara demokrasi dengan jumlah populasi Muslim terbesar di dunia.
"Kalau Trump terpilih kita bisa kena sanksi anti-Muslim, dan akan hambatan untuk masuk ke AS. Semua perjanjian perdagangan bebas akan dihapuskan karena dia orientasinya ke dalam. Pakta pertahanan juga akan dibubarkan," kata dia.
Selain itu, kemenangan Trump dapat menyebabkan adanya reorientasi hubungan antara Indonesia dan AS, terutama dalam kaitan dengan angkatan bersenjata karena perubahan kebijakan pakta pertahanan di AS.
Amerika Serikat akan menggelar pemilihan presiden pada 8 November 2016. Pemilihan tersebut diikuti oleh Donald Trump sebagai calon presiden dari Partai Republik dan Hillary Clinton dari Partai Demokrat. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?
-
Inikah Ucapan yang Bikin Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur dari Senayan?
-
Suciwati: Penangkapan Delpedro Bagian dari Pengalihan Isu dan Bukti Rezim Takut Kritik
-
Viral Pagar Beton di Cilincing Halangi Nelayan, Pemprov DKI: Itu Izin Pemerintah Pusat
-
Temuan Baru: Brimob Dalam Rantis Sengaja Lindas Affan Kurniawan
-
PAN Tolak PAM Jaya Jadi Perseroda: Khawatir IPO dan Komersialisasi Air Bersih
-
CEK FAKTA: Isu Pemerkosaan Mahasiswi Beralmamater Biru di Kwitang
-
Blusukan Gibran Picu Instruksi Tito, Jhon: Kenapa Malah Warga yang Diminta Jaga Keamanan?
-
DPR Sambut Baik Kementerian Haji dan Umrah, Sebut Lompatan Besar Reformasi Haji
-
CEK FAKTA: Viral Klaim Proyek Mall di Leuwiliang, Benarkah?