Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Cawang, Jakarta Timur, Senin (21/11/2016). [Suara.com/Ummy Hadyah Saleh]
Calon wakil gubernur Jakarta nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat, menduga kelompok warga yang menghadangnya ketika kampanye di Kembangan Utara, Jakarta Barat, bukan warga setempat.
"Warga yang kami kunjungi, yang kami ajak tatap muka dan dialog, mereka tidak menolak. Mereka senang dengan kehadiran kita dan malah kita bisa berdialog dengan nyaman. Tapi ketika kita mau ke tempat yang lain, datanglah sekelompok orang itu. Yang kami menduga bahwa sebagian adalah bukan warga," ujar Djarot usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Direktorat Reserse Kriminal Umum, Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/11/2016).
Djarot menilai aksi mereka sangat terorganisir.
"Kalau terorganisir, sebetulnya tergantung pihak penyidik. Kalau tidak terorganisir, kan ya susah. Karena sekelompok orang itu, ternyata mengikuti saya," kata Djarot.
Djarot mengatakan ketika itu, dia dan rombongan bersilaturahmi ke rumah tokoh Betawi, Haji Saman. Ternyata, kelompok warga yang menghadang kampanye terus mengikuti.
"Ketika kami bersilaturahim ke rumahnya Pak Haji Saman, mereka masih ngikutin dan menghadang di sekitar 20 meter dari rumahnya Pak Haji Saman. Sehingga mereka makin teriak-teriak dan saya dialog sama warga di depan rumah Pak Haji Saman dan saya katakan bahwa polisi telah menghadang kelompok orang itu, agar tidak mendekat ke arah saya," kata dia.
Ahok menyerahkan penanganan kasus penghadangan yang dilakukan kelompok warga di Kembangan Utara kepada polisi.
"Jadi dengan begitu ada upaya-upaya . Kami juga berharap Bawaslu, Panwas itu kan juga dibiayai oleh negara. Tetaplah menjaga jalannya demokrasi secara lancar," kata Djarot.
Djarot mengimbau kepada seluruh pendukungnya untuk tidak terprovokasi dengan adanya aksi penolakan.
"Saya tegaskan kepada pendukung Basuki - Djarot jangan sampai terprovokasi dan bentrokan di lapangan. Oleh sebab itu, penegakan hukum, upaya demokrasi di Jakarta," kata dia.
"Warga yang kami kunjungi, yang kami ajak tatap muka dan dialog, mereka tidak menolak. Mereka senang dengan kehadiran kita dan malah kita bisa berdialog dengan nyaman. Tapi ketika kita mau ke tempat yang lain, datanglah sekelompok orang itu. Yang kami menduga bahwa sebagian adalah bukan warga," ujar Djarot usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Direktorat Reserse Kriminal Umum, Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/11/2016).
Djarot menilai aksi mereka sangat terorganisir.
"Kalau terorganisir, sebetulnya tergantung pihak penyidik. Kalau tidak terorganisir, kan ya susah. Karena sekelompok orang itu, ternyata mengikuti saya," kata Djarot.
Djarot mengatakan ketika itu, dia dan rombongan bersilaturahmi ke rumah tokoh Betawi, Haji Saman. Ternyata, kelompok warga yang menghadang kampanye terus mengikuti.
"Ketika kami bersilaturahim ke rumahnya Pak Haji Saman, mereka masih ngikutin dan menghadang di sekitar 20 meter dari rumahnya Pak Haji Saman. Sehingga mereka makin teriak-teriak dan saya dialog sama warga di depan rumah Pak Haji Saman dan saya katakan bahwa polisi telah menghadang kelompok orang itu, agar tidak mendekat ke arah saya," kata dia.
Ahok menyerahkan penanganan kasus penghadangan yang dilakukan kelompok warga di Kembangan Utara kepada polisi.
"Jadi dengan begitu ada upaya-upaya . Kami juga berharap Bawaslu, Panwas itu kan juga dibiayai oleh negara. Tetaplah menjaga jalannya demokrasi secara lancar," kata Djarot.
Djarot mengimbau kepada seluruh pendukungnya untuk tidak terprovokasi dengan adanya aksi penolakan.
"Saya tegaskan kepada pendukung Basuki - Djarot jangan sampai terprovokasi dan bentrokan di lapangan. Oleh sebab itu, penegakan hukum, upaya demokrasi di Jakarta," kata dia.
Komentar
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi Akui Marketnya Makin Luas Gara-Gara Sering Ngonten, Mau Nyapres?
-
Djarot 'Ngamuk': Korupsi Segede Gajah Lewat, Kenapa Hasto dan Tom Lembong yang Cuma 'Kutu' Dihajar?
-
Jokowi Disebut Punya Kans Pimpin PSI, Djarot PDIP: Kita Nggak Ngurus, Kan Sudah Dipecat
-
Djarot di Pembekalan Kepala dan Wakil Kepala Daerah PDIP: Anda Tidak akan Jadi Tanpa Partai Politik
-
Jelang Kongres, Djarot: Sebagian Besar Kader Menghendaki Ketua Umum PDIP Tetap Ibu Mega
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
Terkini
-
Desak Rombak UU Pemilu, Yusril Sebut Kualitas DPR Merosot Akibat Sistem Pemilu yang Transaksional
-
Periksa Kapusdatin BP Haji, KPK Cecar Soal Jemaah Haji Khusus yang Bisa Langsung Berangkat
-
Indonesia Target 100 GW Energi Surya: Apa Artinya bagi Ekonomi dan Keadilan Iklim?
-
KPK Panggil Bos PT Kayan Hydro Energy untuk Kasus Suap IUP Kaltim, Materi Pemeriksaan Rahasia
-
Raja Ampat Terancam! Izin Tambang Nikel Diberikan Lagi, Greenpeace Geram!
-
Keluarganya Hilang Tersapu Banjir Bali, Korban Selamat Kaget Sepulang Kerja Rumah Sudah Rata!
-
Sesumbar Kasus Campak di Jakarta Tak Naik, Pramono: Tak Seperti yang Dikhawatirkan!
-
KPK Usut Modus Licik Korupsi Haji: Waktu Pelunasan Haji Khusus Dibatasi Cuma 5 Hari Kerja!
-
Diperiksa KPK Hari Ini, Apa Kaitan Rektor UIN Semarang Nizar Ali di Kasus Korupsi Kuota Haji?
-
Ledakan Septic Tank Guncang Pondok Cabe: Tiga Rumah Hancur, Empat Warga Terluka