Suara.com - Jumlah insiden yang berkaitan dengan kebencian dan prasangka di seluruh Amerika Serikat dilaporkan meningkat tajam dalam 10 hari, menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.
Peningkatan kasus tersebut dilaporkan pada Selasa oleh kelompok pendukung hak-hak sipil, Southern Poverty Law Center.
Menurut laporan, 867 kasus muncul berupa serangan hingga coretan-coretan berisi pesan yang bernada mengancam.
Berbagai kasus dilaporkan kepada Southern Poverty Law Center atau oleh media pemberitaan.
Angka tersebut merupakan peningkatan hebat dibandingkan rata-rata jumlah insiden yang dilaporkan terjadi di Amerika Serikat, kata Richard Cohen, kepala kelompok tersebut.
"Yang kita lihat ini adalah sesuatu yang tidak biasa. Orang-orang melaporkan bahwa mereka melihat coretan gambar swastika di sekitar pemukiman yang telah mereka tinggali selama 20 tahun. Kami tidak pernah melihat keadaan seperti ini," kata Cohen, yang telah melacak kelompok-kelompok penyebar kebencian selama tiga puluh tahun, seperti diberitakan Reuters yang dilansir oleh Antara, Rabu (30/11/2016).
Insiden yang dilaporkan termasuk sejumlah kasus orang-orang yang mengancam para imigran untuk dideportasi serta perusakan dengan mengejek kalangan warga kulit hitam Amerika. Banyak di antara aksi-aksi itu disertai dengan menyebut-nyebut kemenangan Trump.
Para pelaku mengikuti apa yang dinyatakan Trump pada kampanye presiden. Saat kampanye, pengusaha pembangunan properti asal New York itu menyatakan tekad untuk membangun benteng di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.
Trump juga berjanji akan mendeportasi jutaan imigran tanpa dokumen sah serta mempertimbangkan untuk menerapkan aturan keimigrasian yang ketat terhadap para Muslim.
Sejak kemenangannya, Trump mengatakan ia menolak aksi-aksi kekerasan ataupun pelecehan, juga menepis gerakan nasionalis kulit putih "ultrakanan", yang telah menjadi pendukungnya.
Cohen mendesak tokoh Partai Republik itu untuk berbuat lebih.
"Yang kita ingin lihat dari Bapak Trump adalah pengakuan bahwa kata-katanya telah mengobarkan wabah kebencian yang sedang kita lihat sekarang. Ia harus bertanggung jawab dan berhenti berpura-pura merasa kaget," kata Cohen dalam wawancara melalui sambungan telepon.
"Dia harus tegas menentang sikap-sikap fanatik." Juru bicara kantor peralihan Trump belum memenuhi permintaan untuk berkomentar.
Laporan menemukan bahwa hampir sepertiga insiden pascapemilihan 8 November berkaitan dengan sentimen antiimigran sementara sekitar satu dari lima insiden berhubungan dengan antiwarga kulit hitam.
Kalangan lain yang mengalami insiden termasuk lesbian, gay, biseksual, transgender, Muslim, Yahudi dan perempuan.
Sebanyak 23 insiden berkaitan dengan penolakan terhadap Trump.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana