Peneliti kebijakan publik Riayanda Barmawi menilai bahwa tindak pidana korupsi merupakan musuh agama dan pada dasarnya seseorang yang melakukan korupsi adalah mereka yang juga menistakan agama. Menurut Riyanda, seorang muslim semestinya harus tersinggung saat melihat muslim lainnya korupsi karena ia juga sudah menistakan agama.
“Korupsi itu menzalimi masyarakat dan pastinya menistakan agama,” kata Riyanda di Malang, Jawa Timur, melalui keterangan tertulis Kamis (1/12/2016).
Riyanda yang sampai saat ini getol melakukan gerakan melawan korupsi itu, mengajak umat Islam khususnya untuk melakukan gerakan pencegahan. Untuk penindakan itu urusan aparat penegak hukum.
“Kita berupaya melakukan pemberantasan, tapi perlu dukungan dari masyarakat," ujar alumni Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Menurut Riyanda selama ini, publik disuguhi dengan isu penistaan agama, atas dasar kecintaanya pada Islam dan ayat-ayat yang terkandung didalamnya, mereka tidak segan-segan untuk melawan Ahok. Namun, di lain sisi, bagaimana dengan kejahatan korupsi, yang secara nyata telah merampok uang rakyat justru dibiarkan dan tidak ada gerakan semacam bela Islam yang dilakukan oleh FPI dan elemen lainnya.
“Bayangkan, apabila persatuan umat Islam dalam aksi bela Islam lll ini mendesak KPK dan institusi hukum yang berwenang untuk menangkap para pelaku korupsi, maka yakin dan percaya perekonomian negara akan menguat dan tingkat kesejahteraan publik akan kembali membaik sebagaimana cita-cita bangsa Indonesia,” katanya.
Gerakan umat Islam melawan korupsi, selain manfaatnya jauh lebih besar bagi kepentingan umat dan bangsa, menurut dia, kita tidak lagi menyaksikan adanya kemiskinan dan kemelaratan dimana-mana dan minimal mampu menekan indeks korupsi di Indonesia ini.
Riyanda pun mempertanyakan komitmen elemen masyarakat yang selama ini menyeru penistaan agama, apakah berani mengungkap penistaan agama dalam kasus Korupsi? Hal ini semata-mata demi menyelamatkan aset bangsa yang selama ini telah diraup oleh para koruptor yang merugikan Negara.
“Dalam konteks itulah, mari bersama-sama umat Islam bersatu perang melawan korupsi yang jelas-jelas menzalimi umat,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Jokowi Jamin Pemberantasan Korupsi Tak Akan Pernah Berhenti
-
Jokowi Buka Konferensi Pemberantasan Korupsi di Balai Kartini
-
Choel Dipanggil KPK, Roy: Publik Bisa Nilai Di Balik Itu Ada Apa
-
Kenapa Kasus Choel Diangkat KPK Sekarang, Ini Jawaban Anggota DPR
-
Skandal Hambalang Dikulik Lagi, Dipanggil KPK, Choel Tak Datang
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
Terkini
-
Legislator PKB Dukung PPPK Jadi PNS, Ini Alasan Kesejahteraan dan Karier di Baliknya
-
KPK dan BPK Akan Sidak SPBU di Jawa! Ada Apa dengan Mesin EDC Pertamina?
-
Guru Madrasah Demo di Jakarta, Teriak Minta Jadi PNS, Bisakah PPPK Diangkat Jadi ASN?
-
Minta Diangkat Jadi ASN, Guru Madrasah Kepung Monas: Kalau Presiden Berkenan Selesai Semua Urusan
-
Viral Sarung Motif Kristen Pertama di Dunia, Ini Sosok di Baliknya
-
Di Tengah Konsolidasi, Said Iqbal Ingatkan Pemerintah Tidak Menguji Nyali Kaum Buruh!
-
Kuota Haji Jadi Bancakan Travel Nakal? KPK Sita Uang Asing dari Penyelenggara
-
M Bloc Space Comeback: Sekarang Wajahnya Beda, Energinya Juga Lebih Seru!
-
Apa itu Prabowonomics? Viral usai Jadi Jihad Budiman Sudjatmiko
-
Geger Kereta Cepat Whoosh: Dugaan Konspirasi Jahat Disebut Bikin Negara Tekor Rp75 Triliun