Suara.com - Kualitas lulusan dokter di Indonesia merupakan hal yang krusial karena menyangkut keselamatan pasien. Oleh karena itu pengembangan mutu pendidikan kedokteran harus dijamin agar mencetak para dokter yang mumpuni dalam melakukan tugasnya menyelamatkan nyawa pasien.
Sayangnya, masih ada 45 persen dari 83 Fakultas Kedokteran di Indonesia yang terakreditasi C (cukup) atau setara dengan 37 Fakultas Kedokteran. Sedangkan Fakultas Kedokteran terakreditasi A jumlahnya baru 17 dan sisanya Fakultas Kedokteran terakreditasi B.
"Untuk meningkatkan mutu dokter perlu dilakukan regulasi dan skema pendidikan dokter. Kita pikir harus revisi UU Pendidikan Kedokteran," ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Dr. dr. Oetama Marsis SpOG, pada temu media di Kantor PB IDI, Jakarta, Rabu (11/1/2017).
Sementara itu, Dr. Muhammad Akbar, Sp. S (K), Ph.D, Ketua Bidang Kajian dan Advokasi Kebijakan Pendidikan Kedokteran Masa Kini dan Mendatang PB IDI, menilai bahwa pemberian izin pembukaan delapan Fakultas Kedoteran (FK) baru di lima wilayah, yaitu Surabaya, Makassar, Ternate, Malang dan Semarang harus disertai dengan penjaminan mutu dari pemerintah agar lulusan FK nantinya dapat profesional dan kompeten menjalankan tugasnya.
"Pendidikan kedokteran itu berkaitan dengan nyawa. Kalau menghasilkan dokter yang salah dari pabriknya, yang lahir bukan dokter tapi monster," tambah dia.
Muhammad Akbar pun turut mengomentari rencana pemerintah menyediakan program studi baru Dokter Layanan Primer. Menurutnya, daripada mengurusi program studi baru, lebih baik pemerintah melakukan penyempurnaan kurikulum dokter yang sudah ada.
"Kalau ada prodi baru yang lahir pasti overlapping dengan pendidikan dokter yang sudah ada. Daripada buang uang 10 triliun, mending kita bergandeng tangan bikin pengembangan pendidikan keprofesian berlanjut (P2KB)," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat
-
Izin Dibekukan, DPR Ingatkan TikTok untuk Kooperatif dan Transparan
-
12 Tokoh Ajukan Amicus Curiae di Praperadilan Nadiem, Gugat Bobroknya Sistem Penetapan Tersangka
-
Genjot Skrining Tuberkulosis, Ahmad Luthfi Luncurkan Program Speling Melesat dan TB Express
-
Menteri Haji Ingin Samakan Masa Tunggu Haji Jadi 26,4 Tahun di Seluruh Indonesia, Begini Rencananya
-
Jawab Tantangan Yusril, Delpedro Cs Ajukan Praperadilan ke PN Jaksel
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf