Suara.com - Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Adian Napitupulu membantah tuduhan menggerakkan mahasiswa untuk demonstrasi ke rumah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di daerah Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2017) kemarin.
"Ada pihak-pihak yang menuding bahwa mobil Terrano yang membawa nasi bungkus adalah mobil milik saya. Mobil saya juga Terrano, tapi pelat mobil saya bukan B 2124 ZO, tetapi pelat mobil Solo yaitu AD 1 AN. Saran saya tidak perlu buang waktu mencari siapa pemilik mobil, siapa yang masak nasi, siapa yang bungkus karena mengirimkan nasi untuk aksi yang tidak bertujuan makar bukanlah kejahatan," kata Adian melalui keterangan tertulis.
Tak hanya membantah, Adian juga meminta Yudhoyono jangan takut.
"Baiknya SBY tidak perlu takut dan mengecam mahasiswa yang hanya bermodalkan spanduk dan pengeras suara dengan tuntutan yang 1000 persen masuk diakal. Kalau mau takut, maka takut dan kecamlah pelaku pemboman karena itu merenggut jiwa manusia. Kalau mau takut dan mengecam, maka kecamlah mantan-mantan menteri yang ditangkap KPK karena korupsi mereka memiskinkan rakyat," kata Adian.
Adian mengatakan mahasiswa merupakan generasi muda intelektual. Mereka mampu berpikir dan bergerak sendiri.
"Jangan pernah meremehkan mereka dengan menuding kegiatan mereka didalangi, ditunggangi, dan sebagainya. Apalagi menunggangi sebuah pertemuan besar yang diikuti sekitar 3.000 mahasiswa dari 500 kampus di 25 provinsi sebagaimana disebut dalam rilis mahasiswa yang tersebar di sosmed. Tidak ada yang sanggup, (termasuk saya) untuk menggerakkan kekuatan intelektual muda sebesar itu," kata dia.
Menurut Adian hanya keprihatinan, kebesaran jiwa, dan hati nurani mahasiswa yang sanggup membuat mereka datang dari berbagai kota.
Menurut informasi yang didapatkan Adian, tidak ada yang salah dalam pertemuan mahasiswa di Jambore Mahasiswa di Cibubur maupun hasil pertemuan mereka sebagaimana ditulis dalam pernyataan sikap yang tersebar luas melalui broadcast dan media sosial.
Hasil pertemuan mahasiswa yaitu menolak isu SARA, meminta agar pelajaran Pancasila dilakukan di sekolah-sekolah, melawan organisasi yang ingin mengubah Pancasila, dan pemberantasan Korupsi.
"Aneh bagi saya jika ada mantan presiden yang marah dengan aksi yang didasari tuntutan itu. Menurut saya harusnya semua mantan presiden, semua jenderal, semua aparatur negara dan seluruh masyarakat mendukung sikap mahasiswa. Saran saya kalau mau komentar ya komentarlah tentang dugaan adanya makar, jangan komentari aksi yang justru ingin menjaga keutuhan NKRI dan menjaga Pancasila sebagai Ideologi Negara," kata dia.
Dalam pernyataan sikap mahasiswa, katanya, tidak ada satupun menyebut nama orang ataupun organisasi atau partai politik. Itu sebabnya, Adian merasa aneh jika ada yang merasa tersinggung, sementara namanya tidak disebutkan.
"Saya tidak tahu bagaimana mahasiswa memutuskan untuk aksi di Mega Kuningan, tepatnya di dekat Kedubes Qatar. Bila kita lihat lokasi aksinya, maka aksi itu tidak tepat di depan rumah SBY karena masih ada jarak pandang sekitar 50-an meter. Kalaupun polisi mengatakan demo itu tanpa izin, maka itu hanya masuk kategori tipiring alias tindak pidana ringan. Saran saya tidak perlu mengomentari tipiring seperti itu karena kelas mantan presiden harusnya mengomentari chat sex yang beredar luas karena itu bisa merusak moral kaum muda se-Indonesia," katanya.
Adian mengakui datang ke acara Jambore Mahasiswa di Cibubur. Dia datang bersama isteri ke sana.
"Dan saya tidak berbicara sepatah katapun di panggung forum terhormat Jambore itu, saya hanya bertemu dengan mahasiswa dari beberapa daerah yang ingin menyampaikan masalah masalah di daerahnya karena itu bagian dari tugas saya sebagai anggota DPR. Saya juga bertemu dengan banyak aktivis 98 lain yang berasal dari partai yang berbeda beda, bahkan ada yang kalau tidak salah pernah menjabat sebagai pengurus di Partai Demokrat," kata dia.
Berita Terkait
-
SBY: Seni Bukan Hanya Indah, Tapi 'Senjata' Perdamaian dan Masa Depan Lebih Baik
-
Unggahan Adian PDIP Sindir Noel dan Silfester, Warganet Justru Seret Jokowi: Yang Tengah Kapan?
-
Adian Napitupulu Hebohkan Media Sosial : Memberi Isyarat Menteri Ditangkap KPK
-
Wamenaker Noel Ditangkap, Senin Harusnya Jadi Pembicara Talkshow 'Hukuman Mati Koruptor'
-
Adian Napitupulu Colek Noel Soal Talk Show Hukuman Mati Usai OTT KPK, Netizen: Live dari Penjara Aja
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?