News / Nasional
Rabu, 08 Februari 2017 | 06:12 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, saat menyampaikan pidato dalam dies natalis Partai Demokrat di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2017) malam [Suara.com/Dian Rosmala]

Suara.com - Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan respon negara dan penegak hukum terlalu datar, ketika ada indikasi terjadinya penyadapan ilegal yang bermotifkan politik di penghujung tahun 2016 yang lalu.

Hal itu Yudhoyono sampaikan dalam pidato politiknya di acara dies natalies Partai Demokrat, di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Selain itu, Yudhoyono juga menyinggung soal penangkapan sejumlah aktivis politik yang terindikasi telah melakukan makar. Kata dia, kasus ini adalah jenis kejahatan yang serius.

"Jika memang terbukti melakukan tindakan makar, hukum harus ditegakkan dengan tegas. Saya pribadi tidak pernah setuju dengan penjatuhan Presiden di tengah jalan, tanpa alasan yang dibenarkan oleh konstitusi," kata Yudhoyono.

Yudhoyono melanjutkan, saat ini rakyat mengikuti penegakan hukum kasus makar tersebut. Katanya, rakyat akan menjadi saksi sejarah ketika beberapa tersangka makar tersebut diadili.

Lebih lanjut, Yudhoyono mengatakan, saat media sosial juga menjadi sorotan publik. Pasalnya, jika ada seseorang yang pendapatnya di media sosial dinilai tidak menyenangkan penguasa atau kolega penguasa, langsung dihajar oleh kelompok yang ia sebut the invisible group.

"Sebuah kekuatan yang tidak kentara, saya adalah salah satu korban dari the invisible group, yang bekerja bagaikan mesin penghancur itu," ujar Yudhoyono.

Bahkan, kata dia, untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini, ia pun tak kuasa karena merusak jiwanya.

"Nilai-nilai luhur tentang kesantunan, tatakrama dan etika yang dijunjung, masuk museum sejarah yang sepi pengunjung," ujar Yudhoyono.

Tag

Load More