Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjalani sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (21/2). [Antara]
Anggota kuasa hukum terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Humphrey R. Djemat bertanya kepada saksi ahli dari PBNU Miftachul Akhyar di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, siang ini. Dia bertanya dengan perumpamaan.
"Pak kyai kalau ada teroris yang mengatakan seperti ini 'dan bunuhlah mereka dimana kamu temui mereka' itu mengambil surat Al Baqarah ayat 191. Kemudian ada orang mengatakan 'jangan percaya sama teroris tersebut dan jangan mau dibohongi surat Al Baqarah ayat 191. Apakah orang yang mengatakan tersebut salah?" kata Humphrey.
Kemudian Miftachul berkata tentu saja orang tersebut tidak bersalah.
"Karena teroris sudah mengartikan salah. Pemahaman mayoritas kita mengatakan teroris sudah menyalahgunakan ayat itu. Kecuali itu sudah dihubungkan dengan ayat lain karena dia itu mempertahankan diri," kata Miftachul.
"Yang salah yang menyampaikan. Karena surat Al Maidah tidak seperti itu. Nggak sama dengan perumpamaan teroris. Makna substansinya benar. Yang tadi diartikan salah," Miftachul menambahkan.
Humphrey bertanya lagi kepada Miftachul. Kali ini, dia mengulang ucapan Ahok ketika menyebut surat Al Maidah ayat 51.
"Jangan percaya sama oknum elite politik yang menggunakan Al Maidah untuk kepentingan mereka. Jangan mau dibohongi pakai surat Al Maidah. Salah nggak yang mengingatkan?" kata Humphrey.
Menurut Miftachul keduanya sama-sama salah.
"Lalu elite ini menyalahkan atau mengatakan jangan bla bla, ini pun juga bisa dianggap salah karena dia juga memperalat ayat itu. Yang gunakan salah, yang mengingatkan salah, mempolitisir," kata Miftachul.
Miftachul menegaskan frasa 'dibohongi' dalam pidato Ahok, termasuk penistaan. Ulama pun, kata dia, jika mengucapkan kalimat tersebut dapat dikatakan menistakan agama.
"Kata-kata bohong kalau ditempelkan ke surat atau Al Quran sudah negatif. Jadi jika ada seorang atau kyai menyatakan 'jangan mau dibohongi', itu sudah keliru karena menempelkan kata bohong dengan Al Maidah," kata dia.
Miftachul menambahkan Majelis Ulama Indonesia tidak perlu melakukan tabayun (konfirmasi) terhadap Ahok sebelum mengeluarkan sikap keagamaan yang menyatakan Ahok menodai agama.
"Jika ada seseorang ucapkan kata-kata yang indikasi murtad, itu di dalam keyakinan kita harus ada tabayun. Kalau muslim ditabayuni. Tabayun tidak bisa dilakukan kepada non muslim cukup dengan berita yang beredar," kata Miftachul.
"Pak kyai kalau ada teroris yang mengatakan seperti ini 'dan bunuhlah mereka dimana kamu temui mereka' itu mengambil surat Al Baqarah ayat 191. Kemudian ada orang mengatakan 'jangan percaya sama teroris tersebut dan jangan mau dibohongi surat Al Baqarah ayat 191. Apakah orang yang mengatakan tersebut salah?" kata Humphrey.
Kemudian Miftachul berkata tentu saja orang tersebut tidak bersalah.
"Karena teroris sudah mengartikan salah. Pemahaman mayoritas kita mengatakan teroris sudah menyalahgunakan ayat itu. Kecuali itu sudah dihubungkan dengan ayat lain karena dia itu mempertahankan diri," kata Miftachul.
"Yang salah yang menyampaikan. Karena surat Al Maidah tidak seperti itu. Nggak sama dengan perumpamaan teroris. Makna substansinya benar. Yang tadi diartikan salah," Miftachul menambahkan.
Humphrey bertanya lagi kepada Miftachul. Kali ini, dia mengulang ucapan Ahok ketika menyebut surat Al Maidah ayat 51.
"Jangan percaya sama oknum elite politik yang menggunakan Al Maidah untuk kepentingan mereka. Jangan mau dibohongi pakai surat Al Maidah. Salah nggak yang mengingatkan?" kata Humphrey.
Menurut Miftachul keduanya sama-sama salah.
"Lalu elite ini menyalahkan atau mengatakan jangan bla bla, ini pun juga bisa dianggap salah karena dia juga memperalat ayat itu. Yang gunakan salah, yang mengingatkan salah, mempolitisir," kata Miftachul.
Miftachul menegaskan frasa 'dibohongi' dalam pidato Ahok, termasuk penistaan. Ulama pun, kata dia, jika mengucapkan kalimat tersebut dapat dikatakan menistakan agama.
"Kata-kata bohong kalau ditempelkan ke surat atau Al Quran sudah negatif. Jadi jika ada seorang atau kyai menyatakan 'jangan mau dibohongi', itu sudah keliru karena menempelkan kata bohong dengan Al Maidah," kata dia.
Miftachul menambahkan Majelis Ulama Indonesia tidak perlu melakukan tabayun (konfirmasi) terhadap Ahok sebelum mengeluarkan sikap keagamaan yang menyatakan Ahok menodai agama.
"Jika ada seseorang ucapkan kata-kata yang indikasi murtad, itu di dalam keyakinan kita harus ada tabayun. Kalau muslim ditabayuni. Tabayun tidak bisa dilakukan kepada non muslim cukup dengan berita yang beredar," kata Miftachul.
Komentar
Berita Terkait
-
Ojol Tewas, Ahok Sebut DPR Takut: Kenapa Tidak Berani Terima Orang Demo?
-
Dedi Mulyadi Berlutut di Depan Kereta Kencana: Antara Pelestarian Budaya dan Tuduhan Penistaan Agama
-
Ahok Ikut Komentar Soal Kenaikan Gaji Anggota DPR: Mau Rp1 Miliar Sebulan Oke
-
Ahok Tak Masalah kalau Gaji Anggota DPR Rp1 Miliar Sebulan, Tapi Tantang Transparansi Anggaran
-
CEK FAKTA: Ahok Sebut Jokowi Terseret Korupsi Pertamina Rp 193,7
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak