Juru Bicara KPK Febri Diansyah. (suara.com/Nickolaus Tolen)
Nama-nama tokoh berpengaruh masuk dalam berkas dakwaan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap dua terdakwa mantan pejabat di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto, yang dibacakan di Pengadilan Tipikor, kemarin. Mereka diduga kecipratan duit fee proyek yang merugikan negara Rp2,3 triliun dari nilai proyek Rp5,9 triliun. Artinya, ada kemungkinan lembaga antirasuah mendapatkan serangan politik.
Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Febri Diansyah berharap itu tidak terjadi.
"Kami fokus di proses hukum saja, dikoridor hukum dan tekanan politik kami harap tidak ada kepada KPK," kata Febri di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat (10/3/2017).
Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Febri Diansyah berharap itu tidak terjadi.
"Kami fokus di proses hukum saja, dikoridor hukum dan tekanan politik kami harap tidak ada kepada KPK," kata Febri di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat (10/3/2017).
Febri berharap pihak-pihak yang namanya disebutkan terdakwa menghormati proses hukum yang sekarang sedang berlangsung. Bukan sebaliknya.
"Karena seharusnya politik yang baik bisa mendukung kebijakan KPK, seperti halnya masyarakat yang ingin agar penanganan kasus korupsi. Namun kalau, ada tekanan politik itu tentu kami akan maksimalkan proses hukumnya," katanya.
Mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas sudah mengingatkan kepada KPK periode sekarang. Menurut Busyro sinyal serangan politik sudah terasa melalui revisi UU KPK yang diyakini untuk memutilasi KPK.
KPK sudah mendapatkan informasi mengenai poin yang akan direvisi, salah satunya terkait kewenangan penyadapan dan keberadaan dewan pengawas. Penyadapan baru bisa dilakukan KPK kalau sudah mendapatkan izin dari dewan pengawas serta baru boleh dilakukan jika sudah mengantongi bukti permulaan yang cukup.
"Itu artinya kalau kami sesuaikan dengan UU KPK saat ini, penyadapan baru boleh dilakukan kalau penyidikan sudah dilakukan. Karena syarat di KPK adalah penyidikan baru boleh dilakukan kalau sudah ada bukti permulaan yang cukup," kata Febri.
"Ini tentu saja kedepan kalau pasal-pasal ini diterapkan, kita tidak akan OTT (operasi tangkap tangan), karena penyadapan, kalau dalam kasus OTT dilakukan sebelum proses penyidikan. Kalau dilihat dari substansi itu jelas potensi sangat melemahkan KPK," Febri menambahkan.
KPK berharap DPR tidak merevisi aturan bagian-bagian vital kewenangan KPK.
"Jadi kami harap DPR menyatakan secara tegas, karena ada beberapa pendapat juga misalnya dari pihak badan-badan tertentu di DPR tidak ada revisi UU KPK tahun ini, sementara ada beberapa kalangan yang sedang bergerak. Jadi ini perlu clear. Kita berharap DPR juga melakukan perbaikan di DPR dalam mendukung upaya pencegahan yang dilakukan di sana," kata Febri.
"Karena seharusnya politik yang baik bisa mendukung kebijakan KPK, seperti halnya masyarakat yang ingin agar penanganan kasus korupsi. Namun kalau, ada tekanan politik itu tentu kami akan maksimalkan proses hukumnya," katanya.
Mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas sudah mengingatkan kepada KPK periode sekarang. Menurut Busyro sinyal serangan politik sudah terasa melalui revisi UU KPK yang diyakini untuk memutilasi KPK.
KPK sudah mendapatkan informasi mengenai poin yang akan direvisi, salah satunya terkait kewenangan penyadapan dan keberadaan dewan pengawas. Penyadapan baru bisa dilakukan KPK kalau sudah mendapatkan izin dari dewan pengawas serta baru boleh dilakukan jika sudah mengantongi bukti permulaan yang cukup.
"Itu artinya kalau kami sesuaikan dengan UU KPK saat ini, penyadapan baru boleh dilakukan kalau penyidikan sudah dilakukan. Karena syarat di KPK adalah penyidikan baru boleh dilakukan kalau sudah ada bukti permulaan yang cukup," kata Febri.
"Ini tentu saja kedepan kalau pasal-pasal ini diterapkan, kita tidak akan OTT (operasi tangkap tangan), karena penyadapan, kalau dalam kasus OTT dilakukan sebelum proses penyidikan. Kalau dilihat dari substansi itu jelas potensi sangat melemahkan KPK," Febri menambahkan.
KPK berharap DPR tidak merevisi aturan bagian-bagian vital kewenangan KPK.
"Jadi kami harap DPR menyatakan secara tegas, karena ada beberapa pendapat juga misalnya dari pihak badan-badan tertentu di DPR tidak ada revisi UU KPK tahun ini, sementara ada beberapa kalangan yang sedang bergerak. Jadi ini perlu clear. Kita berharap DPR juga melakukan perbaikan di DPR dalam mendukung upaya pencegahan yang dilakukan di sana," kata Febri.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Bebas dari Penjara, Kekayaan Setya Novanto Tembus Ratusan Miliar!
-
Jawab Kritik Publik soal Pembebasan Bersyarat, Sahroni: Setya Novanto Tidak Diampuni
-
Puncak Komedi Setya Novanto: Diejek Satu Indonesia dengan Meme Tiang Listrik dan Bakpao
-
Setnov Bebas: Misteri Kematian Johannes Marliem dan Rekaman 500 GB Bukti Korupsi e-KTP
-
Enaknya Jadi Setnov: Korupsi Rp 2,3 Triliun, Vonis 'Diskon' dan Cuma 7 Tahun di Penjara
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Penjaringan Ketua DPC PDIP Brebes Dinilai Tak Transparan, Pencalonan Cahrudin Sengaja Dijegal?
-
Bikin Riuh, Dito Ariotedjo Tiba-Tiba Tanya Ijazah Erick Thohir ke Roy Suryo
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'