Suasana Haul Soeharto dan peringatan 51 tahun Supersemar. Suara.com/Welly Hidayat
Direktur Populi Center Usep S. Ahyar mengatakan acara peringatan Supersemar yang diselenggarakan keluarga mantan Presiden Soeharto atau keluarga Cendana di Masjid At Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Sabtu (11/3/2017), merupakan indikasi yang menunjukkan keluarga Cendana ingin kembali ke pentas politik nasional.
"Nah, kebetulan belakangan ini ada momentum pilkada (Jakarta) yang kemudian menguatkan kubu-kubu, baik yang pro dan tidak. Nah, ini ketemu kepentingannya," kata Usep kepada Suara.com, Selasa (14/3/2017).
Usep menambahkan keinginan keluarga Cendana kembali mendapatkan kepercayaan publik sebenarnya sudah terasa sejak lama. Jauh sebelum peringatan Supersemar, kemarin, misalnya muncul wacana untuk memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto, kemudian muncul slogan dengan gambar Soeharto sedang tersenyum dengan tulisan "piye kabare, isih penak jamanku tho?"
"Makanya itu, keluarga Cendana sebelum masuk ke elektabilitas soal dukungan di pentas polisi, mereka melihat akseptabilitas (penerimaan) masyarakat seperti apa. Ternyata, kan kalau dilihat, menguat. Sebagian masyarakat masih percaya dan tokoh-tokoh juga datang (ke acara peringatan Supersemar di TMII)," kata dia. Usep mengatakan Supersemar merupakan tonggak legitimasi Orde Baru yang berkuasa 32 tahun.
Menurut Usep ada beberapa hal yang mesti dicermati atas peristiwa-peristiwa tersebut.
"Satu, memang butuh alternatif pemimpin yang hampir sama seperti Pak Harto, banyak yang rindu itu. Mungkin juga banyak orang yang merasa hari ini tidak lebih baik dari zaman Orba sehingga mereka ingin kembali terhadap kepemimpinan seperti Pak Harto," katanya.
Kedua, kata Usep, terjadi pertemuan antar berbagai kepentingan, terutama dalam konteks pilkada Jakarta.
"Di antaranya dari calon tertentu atau kelompok tertentu yang cari dukungan ke Cendana. Kan keluarga Cendana ini diduga logistik masih cukup besar, pengaruh juga cukup besar. Dan keluarga Cendana juga punya kepentingan untuk kembali menarik kepercayaan dari masyarakat. Dan ini ada momentumnya. Jadi, ada untungnya kedua kepentingan itu," kata dia.
Lebih jauh, Usep mengatakan sulit untuk tidak mengaitkan peringatan Supersemar akhir pekan lalu dengan konsolidasi pilkada putaran kedua. Meskipun semua calon gubernur dan wakil gubernur diundang untuk menghadiri acara keluarga Cendana tersebut, tapi ada perlakuan yang berbeda, terhadap tokoh tertentu, misalnya terjadi insiden penolakan terhadap calon wakil gubernur petahana Djarot Saiful Hidayat.
"Jadi, dua-duanya (kepentingan Cendana dan kelompok tertentu) terpenuhi. Satu sisi Cendana cari panggung dan momentum, di lain pihak ada kepentingan (pilkada) terfasilitasi karena menganggap keluarga Cendana masih punya modal kapital cukup tinggi, juga banyak pengaruhnya, atau pun kapital-kapitalnya," katanya.
"Nah, kebetulan belakangan ini ada momentum pilkada (Jakarta) yang kemudian menguatkan kubu-kubu, baik yang pro dan tidak. Nah, ini ketemu kepentingannya," kata Usep kepada Suara.com, Selasa (14/3/2017).
Usep menambahkan keinginan keluarga Cendana kembali mendapatkan kepercayaan publik sebenarnya sudah terasa sejak lama. Jauh sebelum peringatan Supersemar, kemarin, misalnya muncul wacana untuk memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto, kemudian muncul slogan dengan gambar Soeharto sedang tersenyum dengan tulisan "piye kabare, isih penak jamanku tho?"
"Makanya itu, keluarga Cendana sebelum masuk ke elektabilitas soal dukungan di pentas polisi, mereka melihat akseptabilitas (penerimaan) masyarakat seperti apa. Ternyata, kan kalau dilihat, menguat. Sebagian masyarakat masih percaya dan tokoh-tokoh juga datang (ke acara peringatan Supersemar di TMII)," kata dia. Usep mengatakan Supersemar merupakan tonggak legitimasi Orde Baru yang berkuasa 32 tahun.
Menurut Usep ada beberapa hal yang mesti dicermati atas peristiwa-peristiwa tersebut.
"Satu, memang butuh alternatif pemimpin yang hampir sama seperti Pak Harto, banyak yang rindu itu. Mungkin juga banyak orang yang merasa hari ini tidak lebih baik dari zaman Orba sehingga mereka ingin kembali terhadap kepemimpinan seperti Pak Harto," katanya.
Kedua, kata Usep, terjadi pertemuan antar berbagai kepentingan, terutama dalam konteks pilkada Jakarta.
"Di antaranya dari calon tertentu atau kelompok tertentu yang cari dukungan ke Cendana. Kan keluarga Cendana ini diduga logistik masih cukup besar, pengaruh juga cukup besar. Dan keluarga Cendana juga punya kepentingan untuk kembali menarik kepercayaan dari masyarakat. Dan ini ada momentumnya. Jadi, ada untungnya kedua kepentingan itu," kata dia.
Lebih jauh, Usep mengatakan sulit untuk tidak mengaitkan peringatan Supersemar akhir pekan lalu dengan konsolidasi pilkada putaran kedua. Meskipun semua calon gubernur dan wakil gubernur diundang untuk menghadiri acara keluarga Cendana tersebut, tapi ada perlakuan yang berbeda, terhadap tokoh tertentu, misalnya terjadi insiden penolakan terhadap calon wakil gubernur petahana Djarot Saiful Hidayat.
"Jadi, dua-duanya (kepentingan Cendana dan kelompok tertentu) terpenuhi. Satu sisi Cendana cari panggung dan momentum, di lain pihak ada kepentingan (pilkada) terfasilitasi karena menganggap keluarga Cendana masih punya modal kapital cukup tinggi, juga banyak pengaruhnya, atau pun kapital-kapitalnya," katanya.
Komentar
Berita Terkait
-
Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
-
Pesannya Masih Relevan, Pidato Hari Guru Nasional 1996 Presiden Soeharto Kembali Viral
-
'Matilah Ini!' Mobil Presiden Diisi Bensin Oplosan, Paspampres Panik, SPBU Langsung Ditutup
-
Koalisi Sipil Tolak Soeharto Dapat Gelar Pahlawan, Sebut Pemerintah Abaikan Korban Pelanggaran HAM
-
Mahfud MD Sebut Soeharto Bisa Jadi Pahlawan Nasional Tanpa Perlu Diseleksi: Apa Acuannya?
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Stop Tahan Ijazah! Ombudsman Paksa Sekolah di Sumbar Serahkan 3.327 Ijazah Siswa
-
10 Gedung di Jakarta Kena SP1 Buntut Kebakaran Maut Terra Drone, Lokasinya Dirahasiakan
-
Misteri OTT KPK Kalsel: Sejumlah Orang Masih 'Dikunci' di Polres, Isu Jaksa Terseret Menguat
-
Ruang Kerja Bupati Disegel, Ini 5 Fakta Terkini OTT KPK di Bekasi yang Gegerkan Publik
-
KPK Benarkan OTT di Kalimantan Selatan, Enam Orang Langsung Diangkut
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Tinjau Sejumlah Titik Wilayah Terdampak Bencana di Sumbar
-
Pramono Anung: 10 Gedung di Jakarta Tidak Memenuhi Syarat Keamanan
-
Ditantang Megawati Sumbang Rp2 Miliar untuk Korban Banjir Sumatra, Pramono Anung: Samina wa Athona
-
OTT Bekasi, KPK Amankan 10 Orang dan Segel Ruang Bupati
-
OTT KPK: Ruang Kerja Bupati Bekasi Disegel, Penyelidikan Masih Berlangsung