Suara.com - Sekelompok masyarakat sipil yang tergabung dalam Transparency International Indonesia (TII) menggelar aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (19/3/2017) pagi. Mereka meminta agar kasus dugaan bancakan korupsi Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) diusut tuntas.
Dalam aksinya, mereka lalukan longmarch keliling Bundaran HI dan mengajak masyarakat untuk bergabung bersama-sama menuntut kasus tersebut dibongkar.
Pantauan Suara.com di lokasi, para peserta aksi masing-masing membawa poster yang berisi tuntutan pengusutan kasus e-KTP yang melibatkan banyak pejabat dan elite partai politik.
"Kami ingin korupsi e-KTP diusut tuntas, karena dampaknya bahaya bagi masyarakat. Sebab kalau masyarakat nggak punya e-KTP, tidak dapat pelayanan publik seperti kesehatan, kemudian layanan perbankan, bahkan tidak bisa perpanjangan SIM," kata Agus Sarwono, koordinator aksi kepada Suara.com.
Tidak hanya sampai disitu, TII juga mendesak DPR RI dan Pemerintah agar melupakan niat untuk merevisi Undang-undang KPK. Sebab, kata Agus, wacana revisi UU KPK yang digulirkan sebagian anggota dewan sangat politis, dan sengaja untuk melemahkan KPK.
"Hentikan rencana revisi UU KPK, karena DPR punya motif untuk melemahkan KPK. Apalagi dalam kasus e-KTP ini terindikasi banyak elite parpol yang terlibat," ujar dia.
Dia menambahkan, berdasarkan riset TII beberapa waktu lalu, lembaga yang paling tinggi tingkat dugaan korupsinya adalah DPR. Makanya, kata Agus, tak heran jika sebagian anggota dewan banyak yang cemas jika kasus e-KTP ini dibongkar.
"Hasil riset TII menunjukkan lembaga paling korup adalah DPR," tandasnya.
Baca Juga: Madrid Unggul Lima Poin dari Barca, Ini Komentar Zidane
Berita Terkait
-
Mahfud: Ada Pejabat Kini Rajin Doa Agar Tak Disebut Nazaruddin
-
Meski Korupsi, Mahfud MD Anggap Nazaruddin Berpahala, Lho Kok?
-
Politisi PDI Perjuangan Minta KPK Objektif Tangani Kasus e-KTP
-
Membongkar Strategi KPK Jerat 'Pemain Kelas Kakap' e-KTP
-
Berkas Dakwaan Kasus Korupsi e-KTP Dikritik Terlalu Tebal
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu