Suara.com - Kasus penyiraman air keras ke wajah penyidik KPK Novel Baswedan telah membuka mata betapa perjuangan mereka untuk membongkar kasus korupsi penuh dengan resiko.
Serangan terhadap Novel pada Selasa (11/4/2017) hanyalah satu dari sekian teror terhadap penyidik KPK.
Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho mengungkapkan 12 upaya teror terhadap penyidik KPK.
Satu, rayuan atau bujukan secara halus. Ditawari promosi dan jabatan oleh instansi asal, hadiah, atau gratifikasi.
Dua, dicari kesalahan dimasa lalu atau kriminalisasi. Misalnya kasus penganiayaan, laporan pidana lain.
Tiga, teror psikis berupa ancaman via whatsapp, BBM, dan media sosial.
Keempat, teror fisik. Misalnya ditabrak atau disiram air keras.
"Teror penyidik KPK 5. Penangkapan, penggeledahan, penyitaan #TerorKPK," tulis Emerson.
Keenam, ancaman melalui keluarga. Misalnya cemooh, ancaman pembunuhan ke anggota keluarga, dan kriminalisasi.
Ketujuh, ancaman pembunuhan. Kedelapan, fitnah atau hoax. Kesembilan, ancaman metafisik (santet, guna-guna). Kesepuluh, ancaman tindakan indisipliner oleh instansi asal. Kesebelas, ancaman bom di rumah atau di kantor. Dan keduabelas, penarikan atau pemulangan penyidik ke instansi asal.
Emerson mengatakan teror terhadap penyidik adalah teror terhadap KPK secara institusi dan teror terhadap upaya untuk memerangi korupsi.
Terhadap teror kepada penyidik KPK dan KPK, katanya, publik berharap mereka jangan pernah takut dan harus melawan.
"Buat teman2 Penyidik @KPK_RI maju terus pantang mundur. Lagu SLANK dan Superman is Dead cocok buat kalian," tulis Emerson.
"Ayo @KPK_RI Maju Terus Pantang Mundur," Emerson menambahkan.
Tag
Berita Terkait
-
Eks Pimpinan KPK Ungkap Latar Belakang Kasus Penyiraman Novel Baswedan
-
Kecewa ke Prabowo, Novel Baswedan Sebut Amnesti Hasto Tak Adil: Bagaimana dengan Pelaku Lain?
-
Novel Baswedan Blak-blakan Kritik Amnesti-Abolisi Prabowo: Tak Sesuai Pidato Sikat Habis Koruptor!
-
Eks Pimpinan KPK Ungkap Alasan Novel Baswedan Disiram Air Keras!
-
Menurut Novel Baswedan, Korupsi Timah Rp300 Triliun Bukan Kerugian Negara
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Sebut Produksi Jagung Melesat, Titiek Soeharto Ungkap Andil Polri soal Swasembada Pangan
-
Mardiono Ungkap Kericuhan di Muktamar X PPP Akibatkan Korban Luka yang Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Muktamar X PPP: Mardiono Akui Konflik Internal Jadi Biang Kegagalan di Pemilu 2024
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X
-
15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok
-
Bobby Nasution Minta Mitigasi Dini Banjir Bandang Bahorok
-
Prabowo Akui Keracunan MBG Masalah Besar, Minta Tak Dipolitisasi
-
Di Panggung Muktamar, Mardiono Minta Maaf dan Akui Gagal Bawa PPP Lolos ke Parlemen