Suara.com - Kepolisian Filipina memecat seorang kepala sebuah kantor kepolisian di Manila, pada Jumat (28/4/2017), serta meluncurkan penyelidikan terkait penemuan bilik rahasia, yang secara ilegal digunakan untuk menahan tanpa dakwaan para tersangka penjahat narkoba.
Penemuan bilik tersebut akan semakin mempertanyakan kinerja Kepolisian Nasional Filipina (PNP).
PNP saat ini menuai kecaman terkait serangkaian dugaan penyelewengan kekuasaan dalam perang terhadap narkoba yang dilancarkan Presiden Rodrigo Duterte.
Komisi Hak-hak Asasi Manusia (CHR) mengatakan, pihaknya pada Kamis larut malam mendatangi kantor polisi tersebut di distrik Tondo, Manila, yang menjadi wilayah pembunuhan terkait perang terhadap narkoba.
Komisi itu mengatakan mereka menemukan 12 orang berdesakan di sebuah ruangan sempit, gelap dan tanpa jendela. Pintu masuk ke ruangan it ditutup dengan sebuah lemari kayu.
Orang-orang yang berada di ruangan itu telah ditahan selama setidaknya satu minggu tanpa dikenai dakwaan. Komisi mengatakan polisi berupaya memeras uang dari orang-orang tersebut dengan nilai berkisar antara 20.000 hingga 200.000 peso (sekitar Rp5,3 juta hingga Rp53 juta), kata pengacra Jacqueline de Guia, yang menjadi juru bicara CHR.
Beberapa tahanan juga menyatakan mereka disiksa, kata de Guia.
Ia mengatakan komisi sedang menyelidiki soal apakah kepolisian akan dikenai tuntutan hukum.
Kepala kepolisian wilayah, Oscar Albayalde, mengatakan kepala kantor polisi Tondo telah dipecat dan penyelidikan sedang dilakukan.
Baca Juga: Bikin Hoax Soal Bunga untuk Ahok, Jubir JK: Kasian Ganggas
Ia menyatakan terima kasih kepada CHR dan mengatakan bahwa penemuan bilik rahasia tersebut "membuka mata".
"Kami jamin bahwa kami berniat melakukan yang terbaik bagi masyarakat dan kami tidak akan membiarkan tindakan ilegal apa pun yang dilakukan oleh para polisi kami," kata Albayalde melalui pernyataan.
Juru bicara kepresiden, Ernesto Abella, memuji kepolisian karena bertindak tegas dengan memecat kepala kantor polisi tersebut.
Sejak Presiden Duterte meluncurkan kampanye memerangi penjabat narkoba 10 bulan lalu, sudah ribuan warga Filipinan yang terbunuh.
Kepolisian mengatakan pihaknya hanya membunuh karena membela diri dan bahwa para penyelundup dan pemakai narkoba dibunuh oleh pihak-pihak yang main hakim sendiri atau kelompok-kelompok penjahat yang bertujuan membungkam para pemberi informasi. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
OTT KPK di Riau! Gubernur dan Kepala Dinas Ditangkap, Siapa Saja Tersangkanya?
-
KPK Sebut OTT di Riau Terkait dengan Korupsi Anggaran Dinas PUPR
-
Polisi Berhasil Tangkap Sindikat Penambangan Ilegal di Taman Nasional Gunung Merapi
-
600 Ribu Penerima Bansos Dipakai Judi Online! Yusril Ungkap Fakta Mencengangkan
-
Pemerintah Segera Putihkan Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan, Catat Waktunya!
-
Pengemudi Ojol Jadi Buron Usai Penumpangnya Tewas, Asosiasi Desak Pelaku Serahkan Diri
-
Sempat Kabur Saat Kena OTT, Gubernur Riau Ditangkap KPK di Kafe
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO
-
Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Koalisi Sipil Ungkap 9 Dosa Pelanggaran HAM Berat Orde Baru