Ilustrasi Facebook dan Twitter. [Shutterstock]
Dokter RSUD Kota Solok, Sumatera Barat, Fiera Lovita, sudah minta maaf kepada Front Pembela Islam. Ketika dimediasi Polres Solok Kota, Fiera sudah menjelaskan duduk perkaranya sehingga muncul persoalan.
Fiera sudah menjelaskan sekarang sudah merasa tenang dan dia mengatakan jika masih ada pihak lain yang memposting atau memojokkan di media sosial, itu bukan darinya, tapi orang tak bertanggungjawab.
Siang tadi, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto belajar dari kasus Fiera, warga yang merasa diintimidasi harus berani melapor ke polisi.
"Pertama emang ada, beliau (Fiera) melapor, dari Polres Solok Kota datang. Oleh sebab itu (Fiera) diminta datang semua ke polres, bikin konferensi pers bersama," kata Setyo.
Setyo mengatakan lapor polisi jauh lebih baik ketimbang menyampaikan pernyataan lewat media sosial jika merasa diintimidasi. Mengeluh lewat media sosial, katanya, pesannya bisa tidak tersampaikan karena beresiko dipelintir orang lain setelah diviralkan.
"Prinsip kalau ada yang merasa terancam atau merasa tidak nyaman, segera lapor polisi yang terdekat kemudian melaporkan apa yang menjadi ininya. Jangan laporkan ke media sosial, nanti dipelintir," kata dia.
Setyo mengatakan dokter Fiera telah membantah pernah membuat surat terbuka lewat Facebook. Sebab, persoalan dengan FPI sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Dan saya mau sampaikan juga terkait dokter yang di Solok ya, saya dapat laporan langsung dari Kapolda Sumbar, bahwa apa yang disampaikan di media sosial tidak betul. Artinya setelah dokter Fiera Lovita itu sudah menyatakan dengan tulus minta maaf dan selesai, tidak ada lagi intimidasi ke rumahnya," kata dia.
Setyo mengatakan situasi di Kota Solok sekarang sudah kondusif setelah kepolisian memediasi Fiera dan perwakilan FPI.
"Itu sudah di cek ke warga sekitar. Situasi sudah kondusif," kata dia.
Kasus Fiera berawal dari status Facebook yang berisi pandangannya soal kasus dugaan pornografi yang sedang dihadapi pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab. Dia menyindir kenapa Rizieq malah pergi ke luar negeri ketika proses hukum sedang berjalan.
Fiera sudah menjelaskan sekarang sudah merasa tenang dan dia mengatakan jika masih ada pihak lain yang memposting atau memojokkan di media sosial, itu bukan darinya, tapi orang tak bertanggungjawab.
Siang tadi, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto belajar dari kasus Fiera, warga yang merasa diintimidasi harus berani melapor ke polisi.
"Pertama emang ada, beliau (Fiera) melapor, dari Polres Solok Kota datang. Oleh sebab itu (Fiera) diminta datang semua ke polres, bikin konferensi pers bersama," kata Setyo.
Setyo mengatakan lapor polisi jauh lebih baik ketimbang menyampaikan pernyataan lewat media sosial jika merasa diintimidasi. Mengeluh lewat media sosial, katanya, pesannya bisa tidak tersampaikan karena beresiko dipelintir orang lain setelah diviralkan.
"Prinsip kalau ada yang merasa terancam atau merasa tidak nyaman, segera lapor polisi yang terdekat kemudian melaporkan apa yang menjadi ininya. Jangan laporkan ke media sosial, nanti dipelintir," kata dia.
Setyo mengatakan dokter Fiera telah membantah pernah membuat surat terbuka lewat Facebook. Sebab, persoalan dengan FPI sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Dan saya mau sampaikan juga terkait dokter yang di Solok ya, saya dapat laporan langsung dari Kapolda Sumbar, bahwa apa yang disampaikan di media sosial tidak betul. Artinya setelah dokter Fiera Lovita itu sudah menyatakan dengan tulus minta maaf dan selesai, tidak ada lagi intimidasi ke rumahnya," kata dia.
Setyo mengatakan situasi di Kota Solok sekarang sudah kondusif setelah kepolisian memediasi Fiera dan perwakilan FPI.
"Itu sudah di cek ke warga sekitar. Situasi sudah kondusif," kata dia.
Kasus Fiera berawal dari status Facebook yang berisi pandangannya soal kasus dugaan pornografi yang sedang dihadapi pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab. Dia menyindir kenapa Rizieq malah pergi ke luar negeri ketika proses hukum sedang berjalan.
Tag
Komentar
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
SMAN 72 Dijaga Ketat Pasca Ledakan, Polisi Dalami Motif Bullying
-
Kapolri Aktif dan Mantan Masuk Daftar Anggota Komisi Reformasi Polri, Prabowo Ungkap Alasannya
-
Nekat Tabrak Maling Bersenpi usai Kepergok Beraksi, Hansip di Cakung Jaktim Ditembak
-
Ketua MPR Ahmad Muzani Prihatin Ledakan di SMAN 72: Desak Polisi Ungkap Motif
-
Kena OTT Bareng Adik, Ini Identitas 7 Orang yang Dicokok KPK Kasus Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko
-
Tokoh NU Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Dosanya Lebih Banyak!
-
Pemerintah Dicap Tutup Mata atas Kediktatoran Soeharto, Rezim Nazi Hitler sampai Diungkit, Kenapa?
-
Banyak Siswa SMAN 72 Korban Bom Rakitan Alami Gangguan Pendengaran, 7 Dioperasi karena Luka Parah
-
OTT di Ponorogo, KPK Tangkap Bupati Sugiri Sancoko, Sekda, hingga Adiknya
-
Istana Buka Suara Soal Pro dan Kontra Usulan Soeharto Jadi Pahlawan