Miryam S Haryani menjalani pemeriksaan perdana di KPK, Jakarta, Jumat (12/5).
Mantan anggota DPR dari Partai Hanura Miryam S. Haryani mengaku siap dipanggil DPR untuk memberikan keterangan kepada panitia khusus hak angket terhadap KPK. Miryam merupakan tersangka kasus dugaan memberikan keterangan tidak benar di persidangan kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.
"Kalau dipanggil pansus saya siap, namanya dipanggil. Surat itu benar saya tulis," kata mantan anggota Fraksi Hanura DPR di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2017).
Surat yang dimaksud Miryam yakni berisi bantahan pernah mengatakan ditekan lima anggota DPR sebagaimana dinyatakan penyidik KPK Novel Baswedan dalam persidangan Pengadilan Tipikor. Ketika itu, Novel menyatakan bahwa Miryam mengakui ditekan lima anggota Komisi III DPR ketika diperiksa penyidik KPK. Kelima anggota dewan yang dikatakan Novel menekan Miryam yaitu Bambang Soesatyo, Desmond Junaidi Mahesa, Sarifuddin Sudding, Aziz Syamsuddin, dan Masinton Pasaribu.
Surat bantahan tersebut dikirim Miryam ke DPR beberapa pekan yang lalu setelah ada pansus hak angket terhadap KPK.
"Kan kalau pansus nggak masalah saya aja. Mungkin banyak masalah di situ. Contoh kayak saya diperiksa makan buah duren, mungkin itu," kata Miryam.
Tapi, KPK tidak mengizinkan Miryam untuk memenuhi panggilan pansus. Alasannya, antara lain karena surat permintaan menghadirkan Miryam cuma diteken wakil ketua DPR, bukan ketua pansus.
Terkait anggota DPR dari Golkar Maskur Nari, Miryam menegaskan tak ada hubungan dengan dirinya. Miryam menegaskan tidak ada anggota DPR yang mengancamnya agar mengaku tak ada pembagian uang.
"Siapa (Markus Nari), nggak ada hubungannya. Saya nggak tahu. Yang ancam kan penyidik, saya sudah bilang di pengadilan," kata Miryam.
Miryam juga menegaskan tidak menerima penetapan status tersangka kasus memberikan keterangan tidak benar di persidangan.
Menurut dia seharusnya penyidik KPK Novel Baswedan yang dijadikan tersangka. Menurut Miryam, Novel justru yang memberikan keterangan tidak benar di persidangan.
"Contoh waktu pemeriksaan tahap tiga, saat keempat kalinya dipanggil, saya dibikin mabuk duren. Itu kan saya tersiksa dong dibikin mabuk duren. Terus bersaksi di pengadilan, bilang makan kue duren. Mestinya dia yang kena Pasal 22 memberikan keterangan tidak benar, bukan saya. Kan saya dibikin mabuk duren, Pak Novel bilang makan kue duren. Buah sama kue duren kan sudah berbeda," kata Miryam.
Miryam berjanji akan membeberkan semua informasi seputar perkara yang menjeratnya ke pengadilan usai Lebaran.
"Mungkin habis lebaran, nanti saya buka semuanya," kata Miryam.
"Kalau dipanggil pansus saya siap, namanya dipanggil. Surat itu benar saya tulis," kata mantan anggota Fraksi Hanura DPR di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (21/6/2017).
Surat yang dimaksud Miryam yakni berisi bantahan pernah mengatakan ditekan lima anggota DPR sebagaimana dinyatakan penyidik KPK Novel Baswedan dalam persidangan Pengadilan Tipikor. Ketika itu, Novel menyatakan bahwa Miryam mengakui ditekan lima anggota Komisi III DPR ketika diperiksa penyidik KPK. Kelima anggota dewan yang dikatakan Novel menekan Miryam yaitu Bambang Soesatyo, Desmond Junaidi Mahesa, Sarifuddin Sudding, Aziz Syamsuddin, dan Masinton Pasaribu.
Surat bantahan tersebut dikirim Miryam ke DPR beberapa pekan yang lalu setelah ada pansus hak angket terhadap KPK.
"Kan kalau pansus nggak masalah saya aja. Mungkin banyak masalah di situ. Contoh kayak saya diperiksa makan buah duren, mungkin itu," kata Miryam.
Tapi, KPK tidak mengizinkan Miryam untuk memenuhi panggilan pansus. Alasannya, antara lain karena surat permintaan menghadirkan Miryam cuma diteken wakil ketua DPR, bukan ketua pansus.
Terkait anggota DPR dari Golkar Maskur Nari, Miryam menegaskan tak ada hubungan dengan dirinya. Miryam menegaskan tidak ada anggota DPR yang mengancamnya agar mengaku tak ada pembagian uang.
"Siapa (Markus Nari), nggak ada hubungannya. Saya nggak tahu. Yang ancam kan penyidik, saya sudah bilang di pengadilan," kata Miryam.
Miryam juga menegaskan tidak menerima penetapan status tersangka kasus memberikan keterangan tidak benar di persidangan.
Menurut dia seharusnya penyidik KPK Novel Baswedan yang dijadikan tersangka. Menurut Miryam, Novel justru yang memberikan keterangan tidak benar di persidangan.
"Contoh waktu pemeriksaan tahap tiga, saat keempat kalinya dipanggil, saya dibikin mabuk duren. Itu kan saya tersiksa dong dibikin mabuk duren. Terus bersaksi di pengadilan, bilang makan kue duren. Mestinya dia yang kena Pasal 22 memberikan keterangan tidak benar, bukan saya. Kan saya dibikin mabuk duren, Pak Novel bilang makan kue duren. Buah sama kue duren kan sudah berbeda," kata Miryam.
Miryam berjanji akan membeberkan semua informasi seputar perkara yang menjeratnya ke pengadilan usai Lebaran.
"Mungkin habis lebaran, nanti saya buka semuanya," kata Miryam.
Komentar
Berita Terkait
-
Tetap Berstatus Kader, Golkar Senang Setnov Bebas: Secara Prosedur Semuanya Memenuhi Syarat
-
Blak-blakan! Ketua KPK Sebut Pembebasan Bersyarat Setya Novanto Kurang Adil, Kenapa?
-
Setya Novanto Hirup Udara Bebas: Preseden Buruk Bagi Pemberantasan Korupsi di Indonesia
-
Setya Novanto Bebas Bersyarat, KPK Ingatkan Dosa Korupsi E-KTP: Itu Kejahatan Serius!
-
KPK Tegaskan Penangguhan Penahanan Paulus Tannos Belum Dikabulkan Pengadilan Singapura
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat
-
Izin Dibekukan, DPR Ingatkan TikTok untuk Kooperatif dan Transparan
-
12 Tokoh Ajukan Amicus Curiae di Praperadilan Nadiem, Gugat Bobroknya Sistem Penetapan Tersangka
-
Genjot Skrining Tuberkulosis, Ahmad Luthfi Luncurkan Program Speling Melesat dan TB Express
-
Menteri Haji Ingin Samakan Masa Tunggu Haji Jadi 26,4 Tahun di Seluruh Indonesia, Begini Rencananya