Aparat kepolisian berhasil mengungkap sindikat Saracen di media sosial. Saracen adalah sindikat yang aktif menyebarkan berita-berita bohong berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di media soaial.
Analis Kebijakan Madya Bidang Penmas Div Humas Mabes Polri, Komisaris Besar Polisi Sulistyo Pudjo Hartono, mengatakan perlunya kewaspadaan akan hoax.
"Hoax lebih berbahaya dari black campaign, karena selain bertujuan taktis, ada tujuan strategis di sana," kata Pudjo di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8/2017).
Terkait sindikat ini, polisi sudah menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Mereka diduga sebagai admin dari grup yang bernama Saracen tersebut.
Lebih lanjut, Pudjo mengatakan bahwa dalam menangani kasus tersebut, Polri tidak bisa gegabah. Hati- hati adalah hal yang harus dikedepankan, sebab terdapat beberapa nama orang yang ikut dalam sindikat tersebut.
"Kita harus pelan-pelan, hati-hati karena menyangkut nama orang. Kita tidak mau dalam rangka penegakan hukum timbul pencemaran nama baik," katanya.
Meski begitu, Pudjo memastikan bahwa nama-nama yang terdapat dalam struktur keanggotaan sindikat Saracen tersebut akan dipanggil. Tujuannya agar dapat memberikan penjelasan tentang adanya nama mereka.
"Namanya dipanggil polisi. Belum tentu bersalah, bisa jadi dia saksi. Karena tidak semua yang kita panggil memiliki bukti yang cukup. Jangan sampai masyarakat melakukan justifikasi," kata Pudjo.
Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengamankan tiga orang tersangka penyebar kebencian berbau SARA. Mereka adalah JAS sebagai otak sindikat, MFT ketua bidang media informasi dan SRN koordinator wilayah Jawa Barat.
Baca Juga: Djarot Nilai Kejahatan Saracen Luar Biasa
Kabag Mitra Ropenmas Polri, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, mereka yang diamankan tersebut adalah admin di grup yang memuat ujaran kebencian di Facebook.
"Meme hate speech berbau SARA viral di media sosial memang ada sindikat-sindikatnya. Mereka pekerjaannya menerima order dan membuat meme berbau SARA," kata Awi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (23/8/2017) lalu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Kekayaan Mardiono yang Terpilih Jadi Ketum PPP, Tembus Triliun di LHKPN
-
Sosok Muhammad Mardiono, Klaim Terpilih Ketum PPP di Tengah Kericuhan Muktamar
-
Cuaca Ekstrem Hari Ini: BMKG Beri Peringatan Dini Hujan Lebat dan Petir di Kota-Kota Ini!
-
Nyaris Jadi Korban Perampasan, Wanita Ini Bongkar Dugaan Kongkalikong 'Polisi' dengan Debt Collector
-
Sebut Produksi Jagung Melesat, Titiek Soeharto Ungkap Andil Polri soal Swasembada Pangan
-
Mardiono Ungkap Kericuhan di Muktamar X PPP Akibatkan Korban Luka yang Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Muktamar X PPP: Mardiono Akui Konflik Internal Jadi Biang Kegagalan di Pemilu 2024
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X