Suara.com - Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Marwan Adam meminta, sejumlah purnawirawan TNI tidak melibatkan anggota TNI yang masih aktif ke dalam politik praktis.
Sebab, anggota TNI sangat dilarang terlibat dalam praktek politik praktis yang dapat mempengaruhi tugasnya sebagai aparat pertahanan negara independen.
"Sah-sah saja purnawirawan terlibat politik atau menjadi pengurus partai politik. Tapi kan setidaknya jangan sampai pandangan segelintir TNI yang sudah purnawirawan memengaruhi atau mendikte TNI yang masih aktif," kata Asvi kepada Suara.com, Selasa (19/9/2017).
Asvi mengakui, mengkhawatirkan para purnawiran melibatkan para juniornya yang masih aktif dalam politik praktis yang jelas-jelas tidak diperbolehkan oleh perundang-undangan. Selain mengganggu independensi TNI, juga akan merusak citra TNI di mata masyarakat.
"Kalau segelintir purnawirawan ini punya pandangan, ya silahkan saja. karena mereka bebas berpolitik. Tapi jangan memengaruhi, mengganggu TNI yang masih aktif yang jelas tidak boleh berpolitik praktis," ujar Asvi.
Pernyataan Asvi adalah tanggapan dari rencana TNI menggelar nonton bareng film Pengkhianatan Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI), menjelang hari kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2017.
Pemutaran film yang bertujuan untuk meluruskan sejarah kelam 1965 itu menimbulkan kontroversi. Pasalnya, ada yang menilai film itu adalah hasil propaganda dari rezim orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Film tersebut disebut telah banyak memanipulasi fakta sejarah, khususnya terkait keberadaan Partai Komunis Indonesia kala itu.
Asvi menilai pemutaran film bukan tugas TNI. Melainkan tugas lembaga terkait dengan perfilman. Sedangkan TNI bertugas sebagai pertahanan negara.
Baca Juga: Pengepungan Rusuh Kantor YLBHI, Polisi Tetapkan 7 Tersangka
"Saya melihat bahwa TNI melakukan pertahanan negara. Tugas TNI itu, bukan memutar film," kata Asvi.
Berita Terkait
-
Film 'G30S/PKI' Propaganda Orde Baru Guna Diskreditkan Bung Karno
-
Nobar Film G30S/PKI, Sejarawan LIPI: Tugas TNI Bukan Nobar Film
-
Wantimpres: Prioritaskan Pembangunan Ketimbang Ribut Soal PKI
-
"So Sweet", Anggota TNI Ganti Ban Mobil Polwan
-
Bantuan Kemanusiaan Indonesia untuk Rohingya Tiba di Bangladesh
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
Terkini
-
Presiden Prabowo Telepon Hotman di Hari Natal, Puji Buka Lapangan Kerja: Hebat Kau!
-
Sama-sama 'Somali' Beda Nasib: Di Mana Letak Somaliland dan Apa Bedanya dengan Somalia?
-
Israel Jadi Negara Pertama di Dunia Akui Kemerdekaan Somaliland, Dunia Arab Murka
-
Koalisi Sipil Kecam Represi TNI di Aceh: Dalih Bendera Bulan Sabit Dinilai Buka Luka Lama Konflik
-
Nyalip Tak Hati-hati, Calya Disopiri Mahasiswa Myanmar Seruduk Minitrans di Duren Tiga
-
Derita WNI Hamil 6 Bulan di Kamboja, Lolos dari Siksaan Sindikat Judi Online
-
Benyamin Davnie: Krisis Sampah Tangsel Momentum Transisi Menuju Teknologi PSEL
-
Kajari Purwakarta Bantah Isu Hoaks Dugaan OTT Jaksa oleh Kejagung
-
Gempa M5,6 Guncang Pesisir Bengkulu, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
-
Arus Balik Natal 2025 Mulai Terlihat di Stasiun Senen