Suara.com - Kepolisian Republik Indonesia membantah senjata Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) yang diimpor sudah lama ditahan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Dijelaskan Kepala Korps Brimob Polri, Irjen Pol. Murad Ismail, senjata kaliber 40 x 46 mm sebanyak 280 pucuk itu baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banteng, Jumat (29/9/2017) malam.
Sebagaimana prosedurnya, senjata tersebut memang lebih dahulu dikarantina dan dicek oleh BAIS. Setelah itu, akan dikeluarkan surat rekomendasi dari TNI.
Pengecekan senjata yang dilakukan BAIS, dikatakan Murad, biasanya tidak memerlukan waktu yang lama.
"Nggak lama, nggak sampai seminggu. Ini kan baru tadi malam," ujar Murad di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (30/9/2017) malam.
Lebih jauh, Murad memaparkan, pengadaan senjata SAGL yang dilengkapi pelontar granat guna melengkapi kebutuhan peralatan bagi personelnya. Sebab, yang dimiliki Brimob saat ini jumlahnya terhitung masih sedikit.
"Sedikit yang punya model baru itu. Kemarin kita tambah 200. Kalau kebutuhan bisa 10 ribu sampai 20 ribu. Kita punya anggota di seluruh Indonesia ada 43 ribu, ada 33 Dansat Brimob. Kalau dibagi semua, satu orang cuma dapat satu," tutur Murad.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Murad, jika senjata ini tidak digunakan untuk operasi, biasanya dipakai untuk latihan. Hal ini agar seluruh anggota Brimob paham akan senjata yang dipakainya.
"Seluruh anggota Brimob harus paham apa senjata yang dipegang," pungkasnya.
Baca Juga: Senjatanya Tertahan di Soeta, Polri: Bukan untuk Membunuh
Berita Terkait
-
14 Negara Setuju, AS Sendirian Veto Resolusi Gencatan Senjata Gaza di DK PBB
-
Bahaya Senjata Nuklir Mengintai Timur Tengah, Mesir Serukan Tindakan
-
CEK FAKTA: Mahasiswa Demo di Mako Brimob pada 7 September 2025?
-
Gatot Kritik Penyebaran Video Penangkapan Anggota BAIS: Ada Pembentukan Opini Mendiskreditkan TNI
-
Laporan TAUD Ungkap Pelanggaran Hukum dalam Kasus Kematian Affan Kurniawan
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO